find for health journal

Loading

Minggu, 24 November 2013

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULAR DALAM KEHAMILAN

Hipertrofi atau dilatasi ringan jantung mungkin di sebabkan oleh peningkatan volume darah dan  curah jantung. Karena diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri. Peningkatan ini juga menimbulkan perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama masa  hamil. Perubahan masa auskultasi mengiringi perubahan ukuran dan posisi jantung.
1. Tekanan darah
Tekanan darah arteri (arteri brachialis) di pengaruhi oleh usia, posisi ibu, kecemasan ibu, dan ukuran manset.
Posisi ibu mempengaruhi hasil karena posisi uterus menghambat aliran balik darah vena dengan demikian curah jantung dan tekanan darah menurun. Tekanan darah brachialis tertinggi saat wanita duduk, terendah saat wanita berbaring (posisi recumbent lateral kiri ) dan posisi terlentang berada di antara kedua nya.
Tekanan darah arterial cenderung menurun terutama selama trimester II dan kemudian akan naik lagi seperti prahamil. Tekanan vena dalam batas-batas normal pada ekstremitas atas, dan pada eksteremitas bawah cenderung naik setelah akhir trimester I. Nadi biasanya naik, nilai rata-rata 84/menit.
Selama pertengahan masa hamil, tekanan sistolik dan diastolik menurun 5-10 mmHg, kemungkinan di sebabkan vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal
Edema pada ekstremitas bawah dan varises terjadi akibat obstruksi vena iliaka dan vena cava inferior oleh uterus. Hal ini juga menyebabkan tekanan vena meningkat.
2. Protein darah
Gambaran protein dalam serum berubah: jumlah protein,albumin,dan gammaglobulin menurun dalam trimester I dan meningkat secara gradual pada akhir kehamilan. Beta-globulin dan fibrinogen terus meningkat.
3. Volume dan komposisi darah
Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir trimester I. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25% dengan puncak nya pada kehamilan 32 minggu, di ikuti pompa jantung (cardiac output). Volume darah meningkat sekitar 1500 ml (8,5 - 9 BB). Peningkatan terdiri atas 1000 ml plasma tambah 450 ml sel darah merah. Terjadi sekitar minggu ke 10-12 kehamilan. Hal ini di pengaruhi oleh aksi hormon progesteron dan estrogen pada ginjal. Volume darah akan kembali seperti sediakala pada 2-6 minggu setelah persalinan.
Peningkatan ini merupakan mekanisme protektif penting untuk :
1. Sistem vaskular yang mengalami hipertrofi akibat pembesaran uterus
2. Hidrasi jaringan janin dan ibu yang adekuat saat ibu berdiri atau terlentang
3. Mengganti darah yang hilang selama proses melahirkan
Vasodilatasi perifer mempertahankan tekanan darah tetap normal walaupun volume darah meningkat.
Produksi sel darah merah meningkat (normal 4-5,5 juta/mm3) untuk memenuhi kebutuhan transpor 02 yang sangat diperlukan selama kehamilan.
nilai normal Hb (12-16 g/dL) dan normal Hematokrit (37-47%) menurun secara menyolok, yang disebut dengan anemia fisiologis. Karena kenaikan relatif volume plasma darah.
Bila nilai Hb menurun sampai 10 gr/dL atau lebih atau nilai Ht menurun sampai 35% atau lebih, ibu hamil dalam keadaan anemi.
Dalam kehamilan,leukosit meningkat sampai 10.000/cc begitu pula produksi trombosit dan mencapai puncak nya pada saat persalinan dan pada masa nifas berkisar 14000-16000/µl.
4. Curah jantung
Pompa jantung mulai mulai naik kira-kira 30%-50% setelah kehamilan 3 bulan dan memuncak pada minggu ke 32 gestasi kemudian menurun sampai sekitar 20% pada minggu ke 40. Peningkatan terutama di sebabkan oleh peningkatan volume sekuncup (stroke volume) dan merupakan respon terhadap peningkatan kebutuhan 02  jaringan (nilai normal 5-5,5 L/menit) atau akibat hemodilusi (pengenceran darah) yang mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4 bulan, maka ibu yang menderita penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis. Kenaikan plasma darah dapat mencapai 40% mendekati cukup bulan.
Curah jantung tahap lanjut lebih meningkat saat ibu hamil dalam posisi recumbent lateral atau posisi terlentang. Pada posisi terlentang,uterus yang besar dan berat seringkali menghambat aliran balik vena. Setaip kali terdapat pengerahan tenaga, curah jantung meningkat, misal nya pada persalinan
5. Waktu sirkulasi dan waktu koagulasi
Waktu sirkulasi sedikit menurun pada minggu ke 32. Kecendrungan koagulasi lebih besar selama masa hamil, akibat berbagai faktor pembekuan.
Aktifitas fibrinolitik (pemecahan atau pelarutan bekuan darah) mengalami depresi selama masa hamil sehingga ibu hamil cenderung rentan terhadap trombosis.
6. Darah dan bekuan darah
Volume plasma meningkat mulai usia 10 minggu, mencapai maksimum pada 30-34 minggu sampai dengan persalinan
Masa RBC meningkat mulai usia kehamilan 10 minggu
WBCs meningkat selama kehamilan, persalinan dan kelahiran bayi
Platelets meningkat selama kehamilan dalam batas normal
Faktor- faktor pembekuan adalah meningkat nya fibronogen (I,VII,VIII,IX,X) menurun nya faktor XI dan XII, sedangkan protrombin (F II) dan FXII tidak berubah)

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN DALAM KEHAMILAN

Gizi ibu sangat penting bagi kehamilan , tetapi gangguan fungsi saluran pencernaan merupakan penyebab tersering keluhan selama kehamilan. Lebih dari  50% wanita mengalami peningkatan nafsu makan (yang mengakibatkan peninggkatan konsumsi makanan) dan lebih lagi meningkatkan rasa haus. hCG memengaruhi hipotalamus dengan menurunkan ambang osmotik untuk rasa haus. Perubahan ini paling mencolok terjadi pada paruh pertama kehamilan. Kemudian perubahan tersebut mungkin berkurang , tetapi sebagian menetap walaupun dengan derajat yang lebih rendah. Survei mendapatkan adanya peningkatan asupan makanan dan minuman pada wanita hamil walaupun tidak semua menyadari adanya perubahan tersebut ( hytten, 1991).
Perubahan nafsu makan ibu tidak secara langsung mencerminkan perubahan pada pertumbuhan janin atau metabolisme ibu. Nafsu makan cendrung meningkat pada awal kehamilan. Pada kehamilan tahap lanjut, baik nafsu makan maupun kapasitas untuk asupan makanan menurun karena pergeseran lambung keatas dan tekanan dari uterus yang gravid. Wanita hamil dapat mengompensasi penurunan kapasitas tersebut dengan mengonsumsi mkanan dalam jumlah kecil dan snek, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. Estrogen menekan nafsu makan, tetapi progesteron merangsangnya, menyebabkan pergeseran pada pengendalian sentral keseimbangan energi. Penurunan kadar glukosa dan asam amino plasma, yang disebabkan oleh peningkatan kepekaan terhadap insulin, juga merangsang nafsu makan. Pola nafsu makan yang siklis juga diamati selama siklus haid. Rasa haus meningkat : progestaron menyetel ulang ambang  rasa haus sebesar 10 mOsm sehingga osmolaritas plasma berkurang. Peningkatan kadar agiotensin dan prolaktin juga berefek dipsogenik.
Perubahan pada beberapa sistem pencernaan :
1. MULUT
a. Gusi sering menjadi hipermik, edema, dan spongy.
Hal ini disebabkan oleh efek estrogen pada aliran darah dan konsistensi jaringan lunak. Dengan demikian, gusi menjadi mudah berdarah dan lebih peka terhadap makanan yang kasar dan tindak menggosok gigi yang kuat.
b. pH air liur menjadi lebih asam, tetapi volume yang dihasilkan biasanya tidak berubah.
Produksi air liur yang berlebihan, yang disebut ptialisme  atau ptialorea , dapat terjadi walaupun jarang. Kelainan ini mungkin berdiri ketika air liur yang tertelan memicu mual hebat dan muntah pada wanita yang bersangkutan .
c. Diperkirakan sensitivitas papil pengecap mengumpul selama kehamilan
Sensasi kecap mungkin mengumpul selama kehamilan sehingga ambang untuk semua sensasi kecap meningkat. Sensasi penciuman mungkin meningkat, wanita hamil biasanya sangat peka terhadap bau yang mengganggu, misalnya nikotin dan kopi. Perubahan pada pengecapan dan penciuman ini tampaknya mencerminkan sekresi hCG
2. GIGI
a. Kebutuhan Ca dan Fe lebih tinggi sekitar 0,4 gr daripada kebutuhan saat ibu tidak hamil.
Defisiensi diet yang berat dapat mengurangi simpanan unsur – unsur di dalam tulang, tetapi tidak menarik kalsium dari gigi.
b. Demineralisasi gigi tidak terjadi selama masa kehamilan
c. Higiene gigi yang buruk sewaktu hamil atau pada setiap waktu.
d. Terjadi peningkatan jumlah karies yang  pada wanita hamil.
Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan pada gusi yang di menyebabkan peningkatan kesadaran akan masalah gigi dan banyak wanita yang mendapat pelayanan gigi gratis selama kehamilan.
d. Gingivitis dan penyakit periodontal
Terjadi pada banyak wanita hamil dan lebih berat seiring dengan peningkatan usia dan paritas ibu serta apabila sudah ada gangguan gigi. Berbeda dengan kepercayaan awam bahwa setiap bayi yang dikandung akan menyebabkan tanggalnya satu gigi, tidak terdapat bukti terjadinya deminiralisasi dentin akibat kehamilan karena simpanan kalsium janin diperoleh dari simpanan tubuh ibu ( kerangka ), dan bukan dari gigi ibu.
3. ESOFAGUS
a. Nyeri uluati (heartburn), suatu rasa panas/terbakar di retrosternum ,
Sering terjadi pada kehamilan dan mengenai 30-70% wanita hamil. Efek progestero pada tonus sfinter esofagus bawah menyebabkan kompetensi sfinter tergangu dan meninggkatkan kemungkinan regurgitasi asam lambung.  Perubahan ini  berkaitan dengan peningkatan kadar progesteron.
Nyeri uluhati meningkat pada kehamilan multipel, polihidramion, kegemukan , dan pada orang yang sering membungkuk .
b. Resiko hernia hiatus meningkat, sfingter tergeser dan letaknya menjadi lebih intra trokalis dan tidak menungangi diafrgama.
Hal ini biasanya dimulai pada trimester ke 2 dan memburuk seiring dengan perkembangan kehamilan . Hal ini di sebabkan oleh relaksasi sfingter esofagus bagian bawah yang di picu oleh progesteron dan perubahan gradien tekanan di lambung .
c. Uterus yang membesar menyebabkan distorsi lambung dan perubahan sudut masuk esofagus.  
d. Refluk lambung dapat di batasi dengan menyuruh pasien mengonsumsi makanan dalam jumlah sedikit , tetapi sering, menghindari makanan berbumbu banyak , dan menghindari posisi tertentu, misalnya berbaring horizontal atau membungkuk.

4. LAMBUNG
a. Penelitian mengenai sekresi lambung pada kehamilan belum konklusif, tetapi mengisyaratkan :
Sekresi asam cenderung menurun, yang dapat menjelaskan mengapa tidak jarang terjadi remisi gejala ulkus peptikum.
Sekresi pepsin juga turun, hal ini mungkin disebabkan oleh penurunan sekresi asam.
b. Penelitian membuktikan bahwa :
Tonus dan motolitas lambung sangat menurun pada kehamilan.  Dengan demikian, pada kehamilan tahap lanjut, lambung menjuntai secara longgar di atas fundus uterus. Hal ini cenderung memperlambat  pengosongan isi lambung, terutama setelah makan makanan padat yang disebabkan oleh peningkatan produksi progesteron.
Penundaan penyaluran kimus dari lambung akan meningkatkan kemungkinan nyeri uluhati dan mual serta dapat menyebabkan perlambatan penyerapan glukosa.
c. Biasanya pada trimester pertama walaupun 20% wanita mengalami MMK selama gestasi.
 Mual dan muntah mungkin merupakan manifestasi fisik pertama adanya kehamilan.  Terdapat beberapa teori mengenai penyebab MMK. hCG serum memuncak pada trimester ketiga, tetapi hubungan antara MMK dann sekresi HCG belum dapat dipastikan. Efek progesteron pada tonus otot polos lambung, terutama efek pada motilitas saluran gastrointestinal bagian atas, kepatenan spinter esofagus bagian bawah, serta perlambatan pengosongan lambung, mengisyaratkan kemungkinan peran steroid. Mual dan muntah berlebihan yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan metabolik, dan defisiensi gizi dikenal sebagai hiperemesis gravidarum.
d. Peningkatan produksi esterogen menyebabkan penurunan sekresi HCL, oleh karena itu pembentukan atau perkembangan tukak peptik yang sudah ada tidak umum selama masa hamil.
e. Herniasi bagian atas lambung ( hiatus hernia ) terjadi setelah bulan ke -7 atau bulan ke 8 kehamilan akibat pergeseran lambung ke atas. Kondisi ini sering terjadi pada wanita multipara, wanita yang gemuk, atau wanita yang lebih tua.
5. USUS DAN KOLON
a. Relaksasi otot polos yang dipicu oleh progesteron akan menurunkan tonus dan motilitas usus sehingga waktu transit di usus meningkat, yang mungkin bermanfaat untuk penyerapan ( parry, shields dan turnbull, 1980). Relaksasi otot polos di kolon menyebabkan peningkatan penyerapan air dan peningkatan insiden konstipasi.
b. Villus duodenum mengalami hipertropi dan bertambah tinggi sehingga kapasitas absorbsi meningkat. Pernah dibuktikan adanya perbaikkan penyerapan beberapa zat gizi, misalnya zat besi dan kalsium ( haytten, 1991); peningkatan penyerapan zat besi pada akhir kehamilan terjadi bersamaan dengan peningkatan penyerapan plasenta dan penurunan simpanan ibu. Namun, progesteron mungkin menghambat mekanisme transportasi untuk nutriens lain, misalnya vitamin golongan B.
c. Peningkatan kadar angiostensin dan aldosteron juga meningkatkan penyerapan natrium dan air dari kolon. Banyak wanita mengalami peningkatan flatulensi akibat penekanan uterus pada kolon.

6. HATI DAN KANDUNG EMPEDU

a. Progesteron mempengaruhi tonus otot polos kandung empedu yang menyebabkan flaksiditas (kekenduran), peningkatan volume simpanan empedu, dan perlambatan laju pengosongan.
b. Reabsorbsi air oleh sel epitel kandung empedu menurun sehingga empedu menjadi encer dan mengandung lebih sedikit kolesterol.
c. Pada kehamilan, terdapat kecenderungan retensi garam empedu yang menyebabkan terbentuknya batu empedu berbasis kolesterol yang disebut hiperkolesterolemia ringan.
d. Koleostasis adalah suatu keadaan yang sering ditemukan pada akhir kehamilan ketika wanita mengeluh gatal dan iritasi kulit karena terjadi pengendapan garam empedu dikulit.
e. Pada manusia perubahan morfologis tampaknya terjadi lebih akibat pergeseran hati oleh uterus yang membesar daripada pembesaran hati yang sebenarnya.
f. Di sel hati terjadi peningkatan penyimpanan glikogen dan trigliserida. Peningkatan kadar esterogen mempengaruhi sintesis protein plasma, enzim dan lemak oleh hati. Perubahan paling mencolok adalah penurunan albumin (yang diperparah oleh hemodilusi), peningkatan fibrinogen dan peningkatan sintesis kolesterol. Sintesis banyak protein pengikat yang berperan dalam transportasi di plasenta juga meningkat.
g. Kandung empedu sering distensi akibat penurunan tonus otot selama masa hamil. Peningkatan waktu pengosongan dan pengentalan empedu biasa terjadi.

7. NAFSU MAKAN
a. Pada trimester 1 sering terjadi penurunan nafsu makan akibat nausea atau vomitus yang merupakan akibat perubahan pada saluran cerna dan peningkatan kadar hCG dalam darah.
b. Pada trimester 1, nausea dan vomitus lebih jarang dan nafsu makan meningkat untuk memenuhi kebutuhan janin

8. RASA TIDAK NYAMAN DI ABDOMEN
a. Panggul berat atau tertekan, ketegangan pada ligamentum teres uteri, flatulen ( pembentukan gas berlebihan dalam lambung ), distensi dan kram usus, serta kontraksi uterus.
b. Walaupun kebanyakan rasa tidak nyaman di abdomen merupakan konsekuensi perubahan maternal yang normal, tetapi juga harus diwaspadai adanya kemungkinan gangguan, seperti obstruksi usus atau proses peradangan.

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKLETAL DALAM KEHAMILAN

Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat bumil menyebabkan  postur cara berjalan wanita berubah secara menyolok. Perubahan tersebut adalah :
1. Peningkatan distensi abdomen membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus otot perut,peningkatan beban BB pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang ( reagnment ) kurvatura spinalis.
2. Ligament pada simpisis pubis dan sendi sakroiliaka akan menghilang karena berelaksasi sebagai efek dari estrogen dan relaksin sehingga panggul menjadi lebih besar yang menyebabkan gerakan tidak stabil dan gerakan seperti bebek saat berjalan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan kemampuan menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan sebagai persiapan untuk persalinan.
3. Lemah dan membesarnya jaringan menyebabkan terjadinya hidrasi pada trimester akhir, Simfisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia gestasi dan sakrokoksigeus tidak teraba, di ikuti terabanya koksigis sebagai pengganti bagian belakang.
4. Struktur ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan berat. Perubahan ini menimbulkan rasa tidak nyaman pada muskuloskletal.
5. Mobilitas sakroiliaka, sacro kogsigeal, dan sendi pubis bertambah besar, karena itu menimbulkan rasa tidak nyaman pada punggung bagian bawah, khususnya pada awal kehamilan.
6. Selama trimester terakhir kehamilan, rasa pegal, mati rasa, dan lemah kadang kala di alami pada anggota bagian atas, sebagai akibat lordosis yang besar dengan fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu, yang akan menimbulkan traksi pada nervus ulnarius dan medianus.
7. Berat uterus dan isinya menyebabkan perubahan pada titik pusat gaya tarik bumi dan garis bentuk tubuh. Lengkung tulang belakang akan berubah bentuk untuk mengimbangi pembesaran abdomen dan menjelang akhir kehamilan banyak wanita yang memperlihatkan postur tubuh yang khas ( lordosis) dikarenakan oleh kombinasi efek progesteron, relaksin dan berat uterus pada diskus antarvertebrata.

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN DALAM KEHAMILAN

Sistem Perkemihan berfungsi mempertahankan keseimbangan elektrolit dan Asam- basa, mengatur volume cairan ekstrasel, mengeksresi produk sampah, dan penyimpanan nutrien yang sangat penting.
A. Perubahan Anatomi
Perubahan struktur ginjal merupakan akibat aktifitas hormonal ( estrogen dan progesteron), tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah.
1. Sejak Minggu ke-10 gestasi, pelvis ginjal dan ureter berdilatasi karena ureter terkompresi antara uterus dan PAP.
2. Perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.
3. Iritabilitas kandung kemih, nokturia, dan sering berkemih dan urgensi ( tampa di suria) umum di laporkan pada awal kehamilan.

B. Perubahan Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal berubah akibat adanya hormon kehamilan, peningkatan volume darah, postur ibu, aktifitas fisik, dan asupan makanan.


 Berikut beberapa perubahan yang terjadi pada fungsi ginjal :
1. Ginjal bertambah besar, Ginjal 1,5 lebih panjang selama masa nifas awal dari pada yang di ukur 6 bulan kemudian.
2. Selama kehamilan, ginjal meningkatkan ekskresi produk sisa sebagai respon terhadap peningkatan metabolisme ibu dan janin.
3. Retensi cairan dan elektrolit berubah sebagai respon terhadap perubahan kardiovaskuler. Retensi natrium diransang oleh deoksikortikisteron yang berasal dari progesteron. Retensi cairan difasilitasi oleh kerja angiotensin II. Esterogen meningkatkan produksi angiotensinogen dan renin.
4. Sekresi ADH cenderung terjadi pada osmolalitas plasma yang lebih rendah, mungkin akibat pengaruh kadar gonadotropin kronik manusia ( hCG ) ( blackburn & loper, 1992 ). Demikian  juga, ambang osmotik untuk rasa haus menurun sejak awal kehamilan.
5. Perubahan pada kadar prolaktin dan postaglandin menimbulkan efek pada aliran darah ginjal ( baylis & davison, 1998 ). Peningkatan aliran darah ginjal menyebabkan peningkatan laju filtrasi glomerulus ( glomerular filtration rate, GFR ) sejak awal kehamilan.
6. Sejak kehamilan trimester kedua, GFR akan meningkat sampai 30 - 50% diatas nilai normal perempuan tidak hamil.peningkatan ini menetap sampai usia kehamilan 36 minggu, lalu terjadi penurunan 15 - 20%.Peningkatan GFR menyebabkan peningkatan kadar natrium, reabsorpsi tubulus juga meningkat sehingga sebagaian besar beban natrium yang meningkat tersebut direabsorpsi. Retensi natrium menyebabkan penimbunan air.
7. Laju  filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan, aliran darah ginjal meningkat dan tetap terjadi sampai kehamilan 30 minggu menurun secara perlahan. Ginjal mengalami pembesaran dan filtrasi glomerular, yang dapat di lihat dengan uji klirens kreatinin meningkat 45 %  pada kehamilan 8 minggu.
8. Perubahan dalam filtrasi glomerulus adalah penyebab peningkatan klirens kreatinin, urea, asam urat yang sangat di reabsorpsi pada awal kehamilan. Hasilnya plasma dalam urea, asam urat, dan kreatinin kadarnya turun, walaupun kadar asam uratnya kembali normal sama seperti wanita tidak hamil tua.
9. Peningkatan aliran plasma renal ( renal plasma flow / RPF ). Hal ini dimulai sejak trimester kedua yang kemungkinan disebabkan oleh efek kombinasi curah jantung yang meningkat dan resistensi vaskuler ginjal sebagai peningkatan produksi prostaglandin ginjal. RPF akan meningkat sebesar 50 - 80% diatas kadar perempuan tidak hamil denganrata - rata 130 ml/menit. Setelah itu, nilainya akan turun mendekati 25%, tetapi relatif masih lebih tinggi diatas kadar perempuan tidak hamil.
10. Kecenderungan mengalami resistensi insulin pada paru terakhir kehamilan menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Hal ini, bersama dengan peningkatan GFR, menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa di dalam filtrat, yang dapat melampaui kapasitas maksimum reabsorpsi glukosa di tubuluis sehingga sebagian glukosa akan muncul di urine ( glukosuria ). Hal ini tidak selalu berarti diabetes melitus. Demikian juga, proteinuria yang ringan dan jinak sering terjadi pada kehamilan, tetapi apabila disertai hipertensi, hal tersebut mungkin mengisyaratkan penyulit preeklamsi.
11. Terjadi retensi kumulatif natrium dan kalium terutama pada trimester terakhir saat kebutuhan janin akan natrium tinggi. Ekskresi urine kalium meningkat, tetapi kadar kalsium bebas tetap stabil karena penyerapan kalsium disaluran pencernaan meningkat. Selama kehamilan, keseimbangan asam basa juga berubah ( baylis & davison, 1998 ). Ion hidrogen sedikit turun, terutama karena terjadi alkalemia respiratorik yang berkaitan dengan hiperventilasi. Walaupun tekanan darah sistemik mungkin menurun, autoregulasi ( pengendalian lokal tekanan darah glomerulus ) mempertahankan fungsi ginjal agar tetap optimal.
12. Ginjal paling berfungsi efisien pada posisi rekumben, lateral dan paling tidak efisien pada posisi telentang. Pada posisi telentang, Berat uterus akan menekan vena kava dan aorta sehingga curah jantung menurun. Tekanan darah ibu dan frekuensi jantung anak menurun (sindrom hipotensi). Begitu pula volume darah ke ginjal.
13. Progesteron dan efek relaksan pada serabut- serabut otot polos menyebabkan terjadinya dilatasi, pemanjangan dan penekukan ureter. Penumpukan urine terjadi dalm ureter bagian bawah, dan penurunan tonus kandung kemih dan menimbulkan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas. Dinding kandung kemih lebih edeme dan hiperemik, yang meninggkatkan kerentanan terhadap infeksi dan traoma. Dinding kandung kemih yang relatif lemah juga dapat menyebabkan pengosongan urin menjadi tidak sempurna.
14. Pembesaran yang terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan , uterus akan lebih banyak menyita tempat dalam panggul. Setelah usia kehamilan 3 bulan, uterus keluar dari dalam rongga panggul dan fungsi kandung kemih kembali normal. Keinginan  buang air kecil sering timbul kembali pada kehamilan menjelang aterm ketika presenting part bayi masuk ke dalam rongga panggul.
15. Pada  aterm, saat terjadi engagement, bagian presentasi janin meningkatkan stres pada kandung kemih. Tonus kandung kemih menurun selama kehamilan sehinggah kapasitas meningkat dan  pada aterm dapat mencapai 1 liter. Penurunan  tonus kandung kemih dan bergesernya ureter oleh uterus yang membesar dapat memengaruhi kompetensi sfingter vesikouretra (katup yang terbentuk oleh sudut masuk normal ureter yang miring dapat tergangu karena sudut masuk ureter berubah cenderung tegak lurus). Akibatnya adalah kemungkinan terjadinya refluks urin dari kandung kemih kedalam ureter yang meningkatkan kemungkinan infeksi kandung kemih.
16. Ketidak mampuan untuk mengendalikan aliran air urine, khususnya akibat desakan (stress) yang di timbulkan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang mendadak (seperti ketika tertawa atau bersin) dapat tejadi awal kehamilan. Keadaan ini di sebabkan oleh penurunan tonus otot pada dasar panggul (akibat progesteron) dan peningkatan tekanan akibat penambahan isi uterus. Akibat perubahan ini pada bulan- bulan pertama kehamilan kandung kencing terteka oleh uterus dan mulai membesar, sehingga timbul sering kencing.Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul keluahan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali.
17. Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh progesteron. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar dari pada ureter kiri, karena lebih banyak tekanan di bandingka dengan ureter kiri. Hal ini di sebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar ke arah kanan. Karena lebih banyak bergerak memakai tangan kanannya, atau disebabkan oleh letak colon dan sigmoid yang berada di belakang kiri uterus. Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut, lebih sering di jumpai hidro ureter dextra dan pielitis dextra.
18. Terdapat pula poliuria. Poliuria di sebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan, sehingga filtrasi di glumerulus juga meningkat sampai 69 %.  Reabsorpsi di tubulus tidak berubah, sehingga lebih banyak dapat di keluarkan urea, asam urik, glukosa, asam amino, asam folik dalam kehamilan.

C. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Cairan elektrolit di bagi menjadi 2 yaitu: cairan intraseluler (CIS)  dan cairan ekstraseluler (CES).
a) Cairan intraseluler (CIS)
Cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, 50 % mengandung elektrolit, kalium fosfat dan bahan makan seperti glukosa dan asam amino. Pada CIS yang paling berperan tinggi adalah ( K+ ).
b) Cairan ekstraseluler (CES)
Cairan yang berada di luar sel, diantaranya adalah:
" Cairan intravaskuler (plasma) cairan di dalam intravaskuler.
" Cairan interstisial yaitu cairan yang terletak di antara sel.
" Cairan traseluler yaitu cairan sekresi khusus seperti cairan cerebrospinal, cairan intraokuler, sekresi cairan cerna.
Pada CES yang paling berperan tinggi adalah (Na+ ).
       Elektrolit dalam tubuh manusia:
" Natrium ( Na+ )
" Kalium ( K+ )
" Kalsium ( Ca++ )
" Magnesium ( Mg++ )
" Klorida (cl- )
" Bikarbonat (Hco3- )
" Fosfat ( HPO42-)
" Sulfat ( SO42-)
Dalam keadaan normal, 500 s.d 900 mEq natrium dipertahankan selaman masa hamil untuk memenuhi kebutuhan janin. Dapat terjadi hipovolemia berat dan menurun perfusi plasenta akibat diet dan retensi Na berlebihan.
Terkadang terjadi edema fisiologis pada tungkai yang tidak memerlukan pengobatan. Pada bumil, Reabsorpsi gula terganggu sehingga terjadi glikosuria.

Sabtu, 26 Oktober 2013

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KEKEBALAN TUBUH DALAM KEHAMILAN


Kadar serum IgA dan IgM meningkat selama kehamilan karena adanya peningkatan resiko infeksi. Respon imun ibu di pengaruhi oleh kehamilan jumlah sel darah putih terutema neutrofil meningkat  dan sel lebih cepat respon terhadap tantangan. HCG merangsang produksi dan respon neutrofil.kadar estrogen dan progesteron yang tinggi menurunkan jumlah sel T helper dan meningkatkan jumlah sel penekan.infeksi ragi meningkat pada kehamilan karena efek estrogen pada saluran reproduksi.
Kontraksi local kortikosteroid di sekitar janin dan plasenta menekan aktifitas fisiologistik terutama dalam respon terhadap bakteri gram. Hal ini berarti  wanita mengalami penurunan kemampuan respon terhadap  infeksi negative bakteri gram pada saluran reproduksi   misalnya infeksi gonokokus dan E.coli.


Sel  NK dan sitoinin
Aktivitas sel NK di sekitar uterus tertekan oleh peningkatan local prostaglandin E2. Penekanan sel NK penting untuk penolakan janin namun ibu resistensi terhadap pathogen intrasel, misalnya toxoplasma dan Listeria. Prororsi relatif sitokinin menurun pada kehamilan.konseptus mengeluarkan sitokinin yang berpengaruh pada jaringan secara lokal mendorong pertumbuhan trofoblas dan kelansungan hidup janin.sekresi local sitokinin penting untuk melindungi janin tanpa mengganggu fungsi imun ibu.
Antibodi dan limfosit B
Tapi Kadar sebagian besar antibodi tidak menurun, selama kehamilan tapi konsentrsi IgG mungkin turun  yang di sebabkan oleh hemodialusi, peningkatan pengeluaran melalui urin. Atau penyaluran IgG melalui plasenta  pada trimester tiga dan hal ini dapat menigkatkan resiko infeksi.
Sekresi sitokinin oleh janin menurunkan imunitas selular dan meningkatkan respon humoral.peningkatan responsivitas limfosit B untuk mengompensasai penurunan aktivitas limfosit T, limfosit B juga menghasilkan antibodi penghambat yang melindungi janiin dari serangan limfosit T ibu..
Limfosit T
Selama kehamilan fungsi sel T tertekan terutama pada trimester 1 dalam sirkulasi lebih rendah dan kemampuan berproliferasi dan membunuh sel asing juga menurunn.Rasio sel penolong dan penekan berubah akibat perubahan hormonal. Karena limfosit T berespon terhadap infeksi virus, maka wanita hamil dapat mengalami  peningkatan resiko terjangkit inveksi virus.
SEL- SEL IMUN DI UTERUS
Uterus sebagai organ tempat kehamilan akan berlangsung tentu akan memiliki peranan penting dalam  penerimaan proses penerimaan embrio. Lapisan endpmetrium uterus dapat dianggap sebagai jaringan limfoid tersier setelah jaringan limfoid primer pada sumsum tulang  dan timus serta serta jaringan limfoid sekunder. Pada kelenjer getah bening , limfa danGut Associated lympoid Tissue (GALT) Hal ini di sebabkab leukosit di temukan jumlahnya cukup banyak baik pada daerah stroma maupuun eitell dari lapisan Endometrium. Sejumlah leukosit di dapatkan    baik secara tersebar mauppun berkelompok bersebelahan dengan dengan kelenjer Endometrium pada stratum basalis, dan pola ini akan berubah siklus haid.
Jumlah sel-sel leukosit pada stratum  fungsional akan sangat berbeda pada setiap fase dari siklus haid. Yang paling menonjol adalah perubahan pada jumlah sel NK. Jumlah sel NK  akan meningkat secara  bermakna pasca ovulasi  dan jumlahnya akan tetap banyak pada lipatan desidua saat usia kehamilan dini.
            Dalam kehamilan  jaringan plasentalah yang akan  langsung mengadakan kontak dengan sistem imun  maternal, hal ini di sebabkan oleh sel-sel trofoblas akan menginvasi hingga pembuluh darah maternal. Respon  imun maternal yang di timbulkan  djanin pada alam kehamilan dapat di picu oleh karena adanya interaksi sel-sel janin pada plasenta dan juga pengaruh faktor sistemik maternal lainnya. Seperti  hormon.

PENGGOLONGAN  ANTIBODI             
1 .Antibodi IgG (Imunoglobin G )
  • ·         Bagian terbesar imunoglobin serum (75%)
  • ·         Distribusi merata pada ruang intra dan ekstravaskuler
  • ·         Dapat melalui plasentadan memberikan kekebalan pasif alamiah terhadap bayi baru lahir.
  • ·         Berperan dalam Reaksi anafilaktik
  • ·         Berperan pada bermacam –macam reaksi imunoglobin prosipitasi pengikatan, komplemen, netralisasi toksin dan virus
  • ·          Bertahan lama
  • ·         Bekerja sebagai opsonin kuat yang menjembatani fagosit dansel sasaran.
  • ·         Penting dalam pertahanan terhadap bakteridan pengaktifan sistem komplemen melalui jalur klasik.
  • ·         Di produksi dalam jumlah banyak pada respon adaptif sekunder.


1.      Antibodi IgM ( Imunoglobin M )
  1. ·         Molekulnya bergabung dalam kelompok 5 “ pentamer Ig M  “ sehingga cenderung  menggumpalkan antigen yang menjadi sasaran fagosit dan sel NK.
  2. ·         Merupakan molekul besar sehingga tidak dapat berdifusi keluar aliran darah
  3. ·         Aktivator kuat bsistem komplemen
  4. ·          Penting dalam respon  imun terhadap bakteri
  5. ·         Antibodi pertama yang di produksi tubuh dalam menghadapi antigen baru
  6. ·          Tidak dapat melalui plasenta
  7. ·         Lebih efisien  bekerja aglutinasi, sitolisis dan sitototisik.


2.      Antibodi E  (imunoglobin A )
·         Suatu  Beta /Gamma globulin, jumlah  dari globulin serum, kadar normal
·         Terdapat dalam konsentrasi fungsi dalam kolostrum air mata cairan empedu, saliva, sekret sel cerna
·          Tidak dapat melewati pacenta
·         Meningkatkan fagositosis dan penghancuran Mikroorganisme dalam sel.

3.      Antibodi E(imunoglobin E )
·         Ekornya berlekatan dengan  reseptor di sel mast sehingga berperan dalam peradangan akut, respon alergi dan hipersensitivitas
·         Tempat pengikatan untuk antigen di parasit yang lebih besar misal: cacing
·          Tidak melelui plasenta
·          Sebagian besar intravaskuler
·          Kadar normal dalam serum kecil, asmma dan infeksi cacing.

4.      Antibodi D (imunoglobin D )
·         Berperan pada reaksi
·         Konsentrasi dalam serum normal
·         Fungsi tidak di ketahui dengan jelas
·         Intravaskular

·         Di temukan pada permukaan limfosit B tali pusat.

Perubahan anatomi dan Fisiologi Sistem endokrin dalam Kehamilan

1
Sistem endokrin merupakan sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain.
            Hormon yang dihasilkan Endokrin :
1.      Hipotalamus
Hipotalamus sebagai pusat tertinggi sistem kelenjar endokrin yang menjalankan fungsinya melalui humoral (hormonal) dan saraf. Hormon yang dihasilkan hipotalamus sering disebut faktor R yaitu faktor pelepas (releasing factor) yang menyebabkan kelenjar pituitari mensekresikan hormon tertentu dan juga mensekresikan faktor penghambat (inhibiting factor) yang dapat menghentikan sekresi hormon tersebut.
Hormon-hormon hipotalamus antara lain :
a)      ACTH : Adrenocortico Releasing hormon
b)      ACIH  : Adrenocortico Inhibiting Hormon
c)      TRH    : Tyroid Releasing Hormon
d)     TIH     : Tyroid Inhibiting Hormon
e)      GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
f)       GnIH   : Gonadotropin Inhibiting Hormon
g)      PTRH  : Paratyroid Releasing Hormon
h)      PTIH   : Paratyroid Inhibiting Hormon
i)        PRH    : Prolaktin Releasing Hormon
j)        PIH     : Prolaktin Inhibiting Hormon
k)      GRH   : Growth Releasing Hormon
l)        GIH     : Growth Inhibiting Hormon
m)    MRH   : Melanosit Releasing Hormon
n)      MIH    : Melanosit Inhibiting Hormon

2.      Kelenjar Hipofisa
Kelenjer hipofisis adalah suatu kelenjar yang terletak didasar tengkorak tepat dibawah hopotalamus yang memegang peranan penting dari semua organ-organ endokrin.
Kelenjar Hipofisa terdiri atas bagian depan dan bagian belakang. Bagian belakang merupakan kelanjutan dari hipotalamus (bagian dari otak). Kelenjar ini menghasilkan hormon perangsang Tiroid (TSH), Perangsang Gonad (FSH),dan LH.
HIPOFISIS ANTERIOR (ADHENOHIPOFISE)
HIPOFISIS POSTERIOR  (NEUROHIPOFISE)
Hormon yang disekresi
1.      Growth hormon (GH) = mengendalikan pertumbuhan tubuh.
2.      Tiroid stimulating hormon (TSH) = mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroksin.
3.      Adenocorticotropic hormon (ACTH) = mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks suprarenal.
4.      Folicle stimulating hormone (FSH) = merangsang perkembangan folikel de graff dalam ovarium dan pembentukan spermatozoa dalam testis pria.
5.      Luteinizing hormon (LH) = mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium dan testosteron dalam testis.
6.      Luteotropic hormon (LTH)/ prolaktin = merangsang perkembangan payudara dalam pembentukan ASI dalam kelenjar mammae.
7.      Melanocyt stimulating hormone (MSH) = mengatur pigmentasi kulit.
8.      Interstitial cell stimulating hormone (ICSH) = pada laki-laki.
1.      Hormone antidiuretik (ADH) = mengatur jumlah air yang keluar melaui ginjal, membuat kontraksi otot polos.

2.      Hormone oksitosin = merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui.

Sistem Hipotalamus-Hipofisis Anterior & Posterior- Sistem Endokrin Periferal Tubuh Wanita

hipofisiscatala3es.jpg
Pengaruh Sistem Endokrin Dalam Kehamilan
            Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar 135%. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hipofisis meningkatkan produksi kortikotropin, tirotropin dan prolaktin. Sebaliknya, FSH dan LH hampir ditekan akibat efek penghambat estrogen dan progesteron dari plasenta.
1.    Kelenjar endokrin dibawah pengaruh hipofisis anterior dan posterior yang berperan penting dalam kehamilan.
A.    HIPOFISIS ANTERIOR

1.      Kelenjar Tyroid
Kelenjar ini berbentuk seperti kupu-kupu yang menempel di bagian depan batang tenggorok (trachea). Kelenjar ini menghasilkan tiga jenis hormon yaitu :
1)      Tri iodotironin (T3)
2)      Tetra iodotironin/Tiroksin (T4)
3)      Kalsitonin dalam jumlah sedikit
Hormon T3 dan T4 merupakan hormon yang dihasilkan oleh folikel, sedangkan Kalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon ini adalah Yodium yang diperoleh dari asupan makanan dan minuman.
Fungsi hormon-hormon Tyroid antara lain :
1.      Mengatur laju metabolisme tubuh
2.      Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pada saraf.
3.      Mempertahankan sekresi GH dan Gonadotropin

2.      Kelenjar Paratyroid
Kelenjar ini berukuran sebesar beras, jumlahnya ada 4 yang terletak di sudut-sudut kelenjar tyroid. Kelenjar ini mensekresikan parathormon (PTH). Parathormon mengatur metabolisme kalsium (Ca+) dan fosfat (Po4) tubuh. Organ targetnya adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan kemudian meningkat secara progresif. Aksi yang terpenting dari hormon paratiroid ini adalah untuk memasok janin dengan kalsium yang adekuat. Selain itu juga diketahui mempunyai peran dalam produksi peptida pada janin, plasenta dan ibu.
3.      Pancreas
Kelenjar Pancreas melewati pulau-pulau langerhans yang tersebar di dalamnya yang menghasilkan hormon insulin dan Glucagon yang berfungsi mengatur kadar dan penggunaan glukosa dalam darah.
4.      Adrenal
Kelenjar ini disebut juga kelenjar Suprarenalis karena terletak dikutub atas ginjal, oleh karena menempel pada ginjal maka kelenjar ini juga disebut kelenjar anak ginjal. Kelenjar adrenal pada kehamilan akan mengecil.
Korteks Adrenal mensintesia tiga kelompok hormon Steroid yaitu :
a.       Mineralkortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan eksresi kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya membantu dalam mempertahankkan tekanan darah normal dan curah jantung.
b.      Glukokortikoid
Metabolisme glukosa (glukosaneogenesis) yang meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme protein, keseimbangan cairan dan elektrolit , inflamasi dan imunitas dan terhadap terhadap stresor.
c.       Androgen
Umumnya Adrenal mensekresi sedikit Androgen dan estrogen dibandingkan dengan sejumlah besar hormon seks yang disekresi oleh Gonad.
5.      Ovarium
Ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi :
a.       Mempengaruhi perkembangan seks sekunder
b.      Menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi
c.       Serta mempertahankan proses laktasi.
6.      Testis
Testesteron pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria.Pada masa pubertas hormon ini merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti :
-          Perkembangan bentuk tubuh
-          Pertumbuhan dan perkembangan alat genital
-          Distribusi rambut tubuh
-          Pembesaran laring dan penebalan pita suara serta,
-          Perkembangan sifat agresif
-          Sebagai hormon anabolik, akan merangsang pertumbuhan dan penutupan epifise.
B. HIPOFISIS POSTERIOR
1. hormone antideuretik (ADH)
            Pada kehamilan,ADH disekresi lebih banyak karena disebabkan oleh peningkatan sirkulasi darah diginjal pada kehamilan,sehingga filtrasi diglomerolus juga meningkat sampai 69%. Reabsobsi di tubulus tidak berubah, sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea, glukosa, asam amino, asam folat dalam kehamilan sehingga terjadi poliuria.
2.      hormon oksitosin
            Hormon ini dihasilkan oleh hipotalamus dan disimpan dalam kelenjar hipofisis posterior. Saat diprlukan oksitosin dilepaskan oleh kelenjar hipofisis posterior ketika menerima rangsangan saraf dari hipotalamus. Fungsinya termasuk mengerutkan sauran susu. Selain perannya dalam injeksi air susu tugas lain hormon ini memastikan terjadinya kerutan otot rahim saat persalinan sehingga memperlancar proses persalinan. Saat persalinan produksi oksitosin meningkat cepat. Pada saat yang sama, otot rahim mengembangkan kepekaan terhadap hormon oksitosin.  Dibawah proses persalinan, sebagian perempuan diberi suntikan oksitosin untuk membantu mengatasi rasa sakit dan mempercepat proses persalinan.
            Agar produksi oksitosin normal, sel-sel yang membentuk hipotalamus harus mengetahui semua unsur yang terlibat dalam proses persalinan yang terjadi ditempat yang jauh darinya. Sel-sel ini harus mengetahui bahwa persalinan adalah proses sulit dn bahwa otot rahim harus dikerutkan agar menekan sibayi keluar. Selain itu, sel-sel harus mengetahui bahwa diperlukan produksi kimiawi untuk mendorong kerutan ketegangan otot  rahim, dan harus mengetahui rumus kimia yang benar.
II. Hormon-hormon yang disekresi oleh plasenta yang mempengaruhi anatomi fisiologi ibu hamil
A.    Hormon chorionic gonadotropin (HCG)
Bersamaan dengan perkembangan sel-sel trofoblast dari sebuah ovum yang baru dibuahi, Hormon HCG disekresi oleh se-sel sinsitiotrofoblast kedalam cairan ibu. Sekresi hormon ini dapat diukur pertama kali dalam darah 8-9 hari setelah ovulasi, segera setalah blaskostika berimplantasi dalam endometrium. Kemudian kecepatan sekresi akan meningkat sampai maksimal minggu ke-8 setelah ovulasi, dan menurun sampai kadar yang lebih rendah menjelang 16-20 minggu setelah ovulasi. Sekresi terus berlanjut pada kadar terendah ini selama sisa kehamilan.
HCG merupakan glikoprotein dengan berat molekul 39.000 dan memiliki struktur dan fungsi yang sama dengan LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. HCG juga menyebabkan sekresi hormon seks, progesteron dan estrogen dalam jumlah besar oleh corpus luteum untuk beberapa bulan kedepan. Sekresi hormon ini ( progesteron dan estrogen ) akan mencegah menstruasi dan menyebabkan endometrium terus berkembang dan menyimpan sejumlah besar nutrisi daripada menjadi luruh saat menstruasi. Akibatnya sel-sel yang menyerupai desidua yang berkembang dalam endometrium selama siklus sexual wanita normal, menjadi sel-sel desidua yang sangat membengkak dan banyak mengandung nutrisi.
Fungsi dari hormon Hcg adalah :
1.    untuk mempertahankan korpus luteum dan mencegah menstruasi.
2.    Mempengaruhi korpus luteum menjadi korpus gravidarum
3.    Mempengaruhi testis janin dengan merangsang sel-sel interstisial leyding untuk menghasilkan testosteron dalam jumlah sedikit,yang mengakibatkan organ kelamin pria lah yang terbentuk.
Kadar HCG yang tinggi dalam darah menyebabkan mual-muntah (morning sickness).


B.     Estrogen dan Progesteron
Hormon ini disekresi oleh sel-sel sinsial trofoblas. Sebagian besar Estrogen yang disekresi adalah Estriol,yaitu Estrogen yang sangat lemah dan dibentuk dalam jumlah kecil pada wanita tidak hamil.
Estrogen  diplasenta tidak disintesis secara de novo dari zat-zat dasar plasenta, namun dari senyawa steroid androgen, dehidroepiandrosteron dan 16-hidroksidehidroepiandrosteron, yang dibentuk pada kelenjar adrenal ibu dan fetus. Androgen yang lemah ini kemudian dibawa ke plasenta dan diubah oleh sel trofoblas menjadi estradiol, estron, dan estriol.
Kadar Estrogen yang tinggi selama kehamilan menyebabkan pembesaran uterus,pembesaran payudara dan pertumbuhan duktus payudara,serta pembesaran genitalia eksterna wanita. Estrogen juga merelaksasi berbagai ligamentum pelvis, sehingga persendian mempermudah jalannya fetus melalui jalan lahir.
Disisi lain , terjadi pula peningkatan signipikan sekresi progesteron oleh plasenta selama kehamilan.
Hormon esterogen dan progesteron :
Estrogen
Progesteron
Perubahan umum
Menyebabkan pertumbuhan baik ukuran maupun jumlah sel
Peningkatan sekresi
Mengendurkan (relaksasi) otot-otot polos

Esterogen
Progesteron
Perubahan khusus
1.      Menyebabkan penebalan dari endometrium sehingga ovom yang sudah dibuahi dapat berimplantasi.
Menyebabkan penebalan dari endometrium sehingga sel telur yang sudah dibuahi dapat berimplatasi dan menyebabkan relaksasi.
2.      Menyebabkan hipertropi dari dinding uterus dan peningkatan ukuran pembuluh-pembuluh darah dan limpatik yang mengakibatkan vaskularisasi , kongesti, dan oedema.
Perubahan –perubahan ini mengakibatkan munculnya:
·         Tanda chadwick (serviks,vulva,dan vagina berubah warna jadi biru/ungu)
·         Tanda goodell (servick menjadi lembut pada perabaan)
·         Tanda hegar (istmus-segmen bawah rahim , menjadi lembut pada perabaan)
Mengistirahatkan otot-otot polos yang berakibat pada:
·         Meningkatkan waktu pengosongan lambung dan paristaltik usus.
·         Meningkatkan gastrik reflek karena relaksasi kardiak sfingter sehingga menyebabkan rasa panas dalam perut.
·         Penurunan motilitas gastrointestinal , sehingga konstipasi
·         Pembuluh ateri dan dinding vena relaksasi dan dilatasi sehingga meningkatkan kapasitas vena dan vanule yang menyebabkan hemaroid (wasir)
3.      Hipertropi dan hiperplasi otot-otot uterus
Menjaga peningkatan suhu basal ibu
4.      Hipertropi dan hiperplasi jaringan payudara , termasuk sistem pembuluh/pipa.
Merangsang perkembangan sistem alveolar payudara

Dengan hormon relaksin melembutkan/ mengendurkan jaringan ikat , ligamen-ligamen , otot-otot sehingga dapat mengurangi sakit punggung dan nyeri ligamen.

C.      Korionik Somatomammotropin
Merupakan hormon plasenta yang baru di temukan. Hormon ini merupakan protein , dengan berat molekul 38.000, yang mulai disekresi oleh plasenta kira-kira minggu ke-5 kehamilan. Hormon ini memiliki fungsi penting yang berhubungan dalam nutrisi ibu dan anak. Fungsi hormon ini untuk metabolisme protein, bersifat laktogenik dan luteotropik, menimbulkan pertumbuhan janin dan mengatur metabolisme karbohidrat dan lemak.

D.    Human Placental Lactogen (HPL)
HPL adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta, yang merupakan hormon protein yang merangsang pertumbuhan dan menyebabkan perubahan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak. Hormon ini berperan penting dalam produksi ASI. Kadar HPL yang rendah mengindikasikan plasenta yang tidak berfungsi dengan baik.

E.     Relaksin Hormon

Relaksin disekresikan oleh corpos luteum, ovarium dan juga oleh jaringan plasenta. Sekresi relaksin ini ditingkatkan oleh efek rangsangan dari HCG pada saat yang sama dengan sekresinya sejumlah besar estrogen dan progesteron. Relaksin berfungsi melunakkan serviks wanita hamil pada saat persalinan dan merilekskan otot-otot polos.