find for health journal

Loading

Minggu, 24 November 2013

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN DALAM KEHAMILAN

Gizi ibu sangat penting bagi kehamilan , tetapi gangguan fungsi saluran pencernaan merupakan penyebab tersering keluhan selama kehamilan. Lebih dari  50% wanita mengalami peningkatan nafsu makan (yang mengakibatkan peninggkatan konsumsi makanan) dan lebih lagi meningkatkan rasa haus. hCG memengaruhi hipotalamus dengan menurunkan ambang osmotik untuk rasa haus. Perubahan ini paling mencolok terjadi pada paruh pertama kehamilan. Kemudian perubahan tersebut mungkin berkurang , tetapi sebagian menetap walaupun dengan derajat yang lebih rendah. Survei mendapatkan adanya peningkatan asupan makanan dan minuman pada wanita hamil walaupun tidak semua menyadari adanya perubahan tersebut ( hytten, 1991).
Perubahan nafsu makan ibu tidak secara langsung mencerminkan perubahan pada pertumbuhan janin atau metabolisme ibu. Nafsu makan cendrung meningkat pada awal kehamilan. Pada kehamilan tahap lanjut, baik nafsu makan maupun kapasitas untuk asupan makanan menurun karena pergeseran lambung keatas dan tekanan dari uterus yang gravid. Wanita hamil dapat mengompensasi penurunan kapasitas tersebut dengan mengonsumsi mkanan dalam jumlah kecil dan snek, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. Estrogen menekan nafsu makan, tetapi progesteron merangsangnya, menyebabkan pergeseran pada pengendalian sentral keseimbangan energi. Penurunan kadar glukosa dan asam amino plasma, yang disebabkan oleh peningkatan kepekaan terhadap insulin, juga merangsang nafsu makan. Pola nafsu makan yang siklis juga diamati selama siklus haid. Rasa haus meningkat : progestaron menyetel ulang ambang  rasa haus sebesar 10 mOsm sehingga osmolaritas plasma berkurang. Peningkatan kadar agiotensin dan prolaktin juga berefek dipsogenik.
Perubahan pada beberapa sistem pencernaan :
1. MULUT
a. Gusi sering menjadi hipermik, edema, dan spongy.
Hal ini disebabkan oleh efek estrogen pada aliran darah dan konsistensi jaringan lunak. Dengan demikian, gusi menjadi mudah berdarah dan lebih peka terhadap makanan yang kasar dan tindak menggosok gigi yang kuat.
b. pH air liur menjadi lebih asam, tetapi volume yang dihasilkan biasanya tidak berubah.
Produksi air liur yang berlebihan, yang disebut ptialisme  atau ptialorea , dapat terjadi walaupun jarang. Kelainan ini mungkin berdiri ketika air liur yang tertelan memicu mual hebat dan muntah pada wanita yang bersangkutan .
c. Diperkirakan sensitivitas papil pengecap mengumpul selama kehamilan
Sensasi kecap mungkin mengumpul selama kehamilan sehingga ambang untuk semua sensasi kecap meningkat. Sensasi penciuman mungkin meningkat, wanita hamil biasanya sangat peka terhadap bau yang mengganggu, misalnya nikotin dan kopi. Perubahan pada pengecapan dan penciuman ini tampaknya mencerminkan sekresi hCG
2. GIGI
a. Kebutuhan Ca dan Fe lebih tinggi sekitar 0,4 gr daripada kebutuhan saat ibu tidak hamil.
Defisiensi diet yang berat dapat mengurangi simpanan unsur – unsur di dalam tulang, tetapi tidak menarik kalsium dari gigi.
b. Demineralisasi gigi tidak terjadi selama masa kehamilan
c. Higiene gigi yang buruk sewaktu hamil atau pada setiap waktu.
d. Terjadi peningkatan jumlah karies yang  pada wanita hamil.
Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan pada gusi yang di menyebabkan peningkatan kesadaran akan masalah gigi dan banyak wanita yang mendapat pelayanan gigi gratis selama kehamilan.
d. Gingivitis dan penyakit periodontal
Terjadi pada banyak wanita hamil dan lebih berat seiring dengan peningkatan usia dan paritas ibu serta apabila sudah ada gangguan gigi. Berbeda dengan kepercayaan awam bahwa setiap bayi yang dikandung akan menyebabkan tanggalnya satu gigi, tidak terdapat bukti terjadinya deminiralisasi dentin akibat kehamilan karena simpanan kalsium janin diperoleh dari simpanan tubuh ibu ( kerangka ), dan bukan dari gigi ibu.
3. ESOFAGUS
a. Nyeri uluati (heartburn), suatu rasa panas/terbakar di retrosternum ,
Sering terjadi pada kehamilan dan mengenai 30-70% wanita hamil. Efek progestero pada tonus sfinter esofagus bawah menyebabkan kompetensi sfinter tergangu dan meninggkatkan kemungkinan regurgitasi asam lambung.  Perubahan ini  berkaitan dengan peningkatan kadar progesteron.
Nyeri uluhati meningkat pada kehamilan multipel, polihidramion, kegemukan , dan pada orang yang sering membungkuk .
b. Resiko hernia hiatus meningkat, sfingter tergeser dan letaknya menjadi lebih intra trokalis dan tidak menungangi diafrgama.
Hal ini biasanya dimulai pada trimester ke 2 dan memburuk seiring dengan perkembangan kehamilan . Hal ini di sebabkan oleh relaksasi sfingter esofagus bagian bawah yang di picu oleh progesteron dan perubahan gradien tekanan di lambung .
c. Uterus yang membesar menyebabkan distorsi lambung dan perubahan sudut masuk esofagus.  
d. Refluk lambung dapat di batasi dengan menyuruh pasien mengonsumsi makanan dalam jumlah sedikit , tetapi sering, menghindari makanan berbumbu banyak , dan menghindari posisi tertentu, misalnya berbaring horizontal atau membungkuk.

4. LAMBUNG
a. Penelitian mengenai sekresi lambung pada kehamilan belum konklusif, tetapi mengisyaratkan :
Sekresi asam cenderung menurun, yang dapat menjelaskan mengapa tidak jarang terjadi remisi gejala ulkus peptikum.
Sekresi pepsin juga turun, hal ini mungkin disebabkan oleh penurunan sekresi asam.
b. Penelitian membuktikan bahwa :
Tonus dan motolitas lambung sangat menurun pada kehamilan.  Dengan demikian, pada kehamilan tahap lanjut, lambung menjuntai secara longgar di atas fundus uterus. Hal ini cenderung memperlambat  pengosongan isi lambung, terutama setelah makan makanan padat yang disebabkan oleh peningkatan produksi progesteron.
Penundaan penyaluran kimus dari lambung akan meningkatkan kemungkinan nyeri uluhati dan mual serta dapat menyebabkan perlambatan penyerapan glukosa.
c. Biasanya pada trimester pertama walaupun 20% wanita mengalami MMK selama gestasi.
 Mual dan muntah mungkin merupakan manifestasi fisik pertama adanya kehamilan.  Terdapat beberapa teori mengenai penyebab MMK. hCG serum memuncak pada trimester ketiga, tetapi hubungan antara MMK dann sekresi HCG belum dapat dipastikan. Efek progesteron pada tonus otot polos lambung, terutama efek pada motilitas saluran gastrointestinal bagian atas, kepatenan spinter esofagus bagian bawah, serta perlambatan pengosongan lambung, mengisyaratkan kemungkinan peran steroid. Mual dan muntah berlebihan yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan metabolik, dan defisiensi gizi dikenal sebagai hiperemesis gravidarum.
d. Peningkatan produksi esterogen menyebabkan penurunan sekresi HCL, oleh karena itu pembentukan atau perkembangan tukak peptik yang sudah ada tidak umum selama masa hamil.
e. Herniasi bagian atas lambung ( hiatus hernia ) terjadi setelah bulan ke -7 atau bulan ke 8 kehamilan akibat pergeseran lambung ke atas. Kondisi ini sering terjadi pada wanita multipara, wanita yang gemuk, atau wanita yang lebih tua.
5. USUS DAN KOLON
a. Relaksasi otot polos yang dipicu oleh progesteron akan menurunkan tonus dan motilitas usus sehingga waktu transit di usus meningkat, yang mungkin bermanfaat untuk penyerapan ( parry, shields dan turnbull, 1980). Relaksasi otot polos di kolon menyebabkan peningkatan penyerapan air dan peningkatan insiden konstipasi.
b. Villus duodenum mengalami hipertropi dan bertambah tinggi sehingga kapasitas absorbsi meningkat. Pernah dibuktikan adanya perbaikkan penyerapan beberapa zat gizi, misalnya zat besi dan kalsium ( haytten, 1991); peningkatan penyerapan zat besi pada akhir kehamilan terjadi bersamaan dengan peningkatan penyerapan plasenta dan penurunan simpanan ibu. Namun, progesteron mungkin menghambat mekanisme transportasi untuk nutriens lain, misalnya vitamin golongan B.
c. Peningkatan kadar angiostensin dan aldosteron juga meningkatkan penyerapan natrium dan air dari kolon. Banyak wanita mengalami peningkatan flatulensi akibat penekanan uterus pada kolon.

6. HATI DAN KANDUNG EMPEDU

a. Progesteron mempengaruhi tonus otot polos kandung empedu yang menyebabkan flaksiditas (kekenduran), peningkatan volume simpanan empedu, dan perlambatan laju pengosongan.
b. Reabsorbsi air oleh sel epitel kandung empedu menurun sehingga empedu menjadi encer dan mengandung lebih sedikit kolesterol.
c. Pada kehamilan, terdapat kecenderungan retensi garam empedu yang menyebabkan terbentuknya batu empedu berbasis kolesterol yang disebut hiperkolesterolemia ringan.
d. Koleostasis adalah suatu keadaan yang sering ditemukan pada akhir kehamilan ketika wanita mengeluh gatal dan iritasi kulit karena terjadi pengendapan garam empedu dikulit.
e. Pada manusia perubahan morfologis tampaknya terjadi lebih akibat pergeseran hati oleh uterus yang membesar daripada pembesaran hati yang sebenarnya.
f. Di sel hati terjadi peningkatan penyimpanan glikogen dan trigliserida. Peningkatan kadar esterogen mempengaruhi sintesis protein plasma, enzim dan lemak oleh hati. Perubahan paling mencolok adalah penurunan albumin (yang diperparah oleh hemodilusi), peningkatan fibrinogen dan peningkatan sintesis kolesterol. Sintesis banyak protein pengikat yang berperan dalam transportasi di plasenta juga meningkat.
g. Kandung empedu sering distensi akibat penurunan tonus otot selama masa hamil. Peningkatan waktu pengosongan dan pengentalan empedu biasa terjadi.

7. NAFSU MAKAN
a. Pada trimester 1 sering terjadi penurunan nafsu makan akibat nausea atau vomitus yang merupakan akibat perubahan pada saluran cerna dan peningkatan kadar hCG dalam darah.
b. Pada trimester 1, nausea dan vomitus lebih jarang dan nafsu makan meningkat untuk memenuhi kebutuhan janin

8. RASA TIDAK NYAMAN DI ABDOMEN
a. Panggul berat atau tertekan, ketegangan pada ligamentum teres uteri, flatulen ( pembentukan gas berlebihan dalam lambung ), distensi dan kram usus, serta kontraksi uterus.
b. Walaupun kebanyakan rasa tidak nyaman di abdomen merupakan konsekuensi perubahan maternal yang normal, tetapi juga harus diwaspadai adanya kemungkinan gangguan, seperti obstruksi usus atau proses peradangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar