find for health journal

Loading

Jumat, 24 Mei 2013

PENCEGAHAN INFEKSI


A.    PENGERTIAN DAN TUJUAN PENCEGAHAN INFEKSI
Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap yang yang di berikan kepada klien untuk melindungi petugas kesehatan itu sendiri.

Tujuan pencegahan infeksi :
·         Melindungi klein dan petugas pelayanan KB dari akibat tertularnya penyakit infeksi
·         Mencegah infeksi silang dalam prosedur KB, terutama pada pelayanan krontrasepsi metode AKDR, suntik,  susuk, dan krontrasepsi mantap.
·         Menurunkan resiko tranmisi penyakit menular, seperti Hepatitis B dan HIV AIDS, baik bagi klien maupun bagi petugas fasilitas kesehatan.


B.     PERLINDUNGAN DARI INFEKSI DI KALANGAN PETUGAS
1.      Kewaspadaan standar
Pelayanan KB membutuhkan kepatuhan melaksanakan tindakan sesuai dengan Kewaspadaan standar (standard precaution)  di ruang pemeriksaan dan laboratorium. Petugas harus memperlakukan semua spesimen darah, jaringan, dan duh tubuh sebagai pembawa infeksi. Unsur-Unsur penting kewaspadaan standar dan penggunaannya dijelaskan di bawah ini. Menggunakan pelindung (barrier) fisik, mekanik maupun kimia antara mikroorganisme dan petugas kesehatan merupakan cara yang sangat efektif untuk mencegah penularan infeksi (misalnya, pelindung diri berfungsi memutuskan siklus penularan penyakit).

Beberapa hal berikut merupakan cara pelaksanaan kewaspadaan standar atau prinsip pencegahan infeksi :
a.       Anggap setiap orang (klien maupun staf) dapat menularkan infeksi.
  1. Cuci tangan untuk upaya yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang.
  2. Gunakan (sepasang) sarung tangan sebelum menyentuh apa pun yang basah seperti Kulit terkelupas, membran mukosa, darah atau   duh tubuh lain, serta alat-alat yang telah dipakai dan bahan-bahan lain yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan tindakan invasif.
  3.  Gunakan pelindung fisik (misalnya: kacamata pelindung (goggles), masker, dan celemek) untuk mengantisipasi percikan duh tubuh (sekresi maupun ekskresi), contohnya ketika membersihkan alat-alat maupun bahan lainnya.
  4.  Gunakan bahan antiseptik untuk membersihkan kulit maupun membran mukosa sebelum melakukan operasi, membersihkan luka, atau menggosok tangan sebelum operasi dengan bahan antiseptik berbahan dasar alkohol.
  5.  Lakukan upaya kerja yang aman, seperti tidak memasang tutup jarum suntik (recapping), memberikan alat-alat tajam dengan cara yang aman, bila mungkin, gunakan jarum tumpul untuk menjahit luka.
  6.  Buang bahan-bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk melindungi petugas pembuangan dan untuk mencegah cedera maupun penularan infeksi kepada masyarakat.
  7. Terakhir, lakukan pemrosesan terhadap instrumen, sarung tangan dan bahan lain setelah dipakai dengan cara mendekontaminasi dalam larutan klorin 0,5% dan dicuci bersih, ra-kemudian disterilisasi atau didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) dengan cara-cara yang dianjurkan.

2.      Upaya Kewaspadaan Standar
Upaya – upaya kewaspadaan standar yaitu :
a.       Mencuci Tangan
-        Setelah menyentuh darah, duh tubuh, sekresi, ekskresi dan benda-benda yang terkontaminasi.
-        Segera setelah melepas sarung tangan.
-        Sebelum dan setelah memeriksa pasien satu ke pasien lain.

b.      Sarung tangan
-        Untuk kontak dengan darah, duh tubuh, sekresi, bahan-bahan yang terkontaminasi.
-        Untuk kontak dengan membrane mukosa dan kulit yang tak utuh ( non-intact skin ): koyak, terkelupas, dan lain-lain.

c.       Masker, kacamata, pelindung wajah
Melindungi membrane mukosa mata, hidung, dan mulut ketika terjadi kontak dengan darah dan duh tubuh.

d.      Gaun operasi
-        Melindungu kulit dari percikan darah maupun duh tubuh lain.
-        Mencegah agar pakaian tidak terkontaminasi darah maupun duh tubuh selama melakukan tindakan.

e.       Kain linen
-        Tangani linen yang telah terkontaminasi sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh kulit atau membrane mukosa.
-        Jangan lakukan pembilasan awal untuk kain linen yang telah terkontaminasi.

f.       Peralatan untuk perawatan pasien
-        Tangani alat yang telah  terkontaminasi sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh kulit dan membrane mukosa dan untuk mencegah agar baju maupun lingkungan tidak terkontaminasi.
-        Bersihkan peralatan pakai ulang ( reusable ) sebelum digunakan kembali.

g.      Membersihkan lingkungan
Perawatan rutin, membersihkan dan disinfeksi perlengkapan dan perabotan diruang asuhan pasien.

h.      Benda-benda tajam
-        Hendaknya selalu memakai autodisable syringe.
-        Jangan memakai kembali jarum suntik yang telah digunakan.
-        Jangan melepas jarum dari alat suntik/semprit sekali pakai (disposable ).
-        Jangan membengkokan atau mematahkan jarum bekas pakai dengan tangan.
-        Letakkan benda-benda tajam yang telah digunakan kedalam wadah anti tusukan.

i.        Resusitasi pasien
Gunakan pelindung mulut, kantung resusitasi, atau alat pernafasan lainnya untuk menghindari pemberian resusitasi dari mulut ke mulut.

j.        Penempatan pasien
Tempatkan pasien yang dapat mengontainasi lingkungan maupun yang tidak menjamin kebersihannya pada ruang khusus atau terpisah.


C.    MENCUCI TANGAN
Mencuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan nya adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Mencuci tangan dilakukan ketika :
  1.   Sebelum dan setelah memeriksa klien
  2.   Sebelum memakai dan setelah melepas sarung tangan.
  3.   Setelah terpapar oleh darah atau duh tubuh lain.
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir selama 10-15 detik, lalu keringkan dengan handuk pribadi atau dianginkan. Sebagai pengganti cuci tangan dengan air, gunakan larutan alkohol (100 ml alkohol 60-90% + 2 ml gliserin) untuk mencuci tangan.

Langkah-langkah untuk cuci tangan yang efektif:
  1.   Telapak dan telapak kanan dan kiri
  2.   Punggung tangan (kanan dan kiri bergantian)
  3.   Telapak tangan kanan dan kiri, khusus sela-sela jari
4.            Jari satu persatu
  1.   Ujung jari dari tangan yang berlawanan (kanan dan kiri bergantian)
  2.   Putar punggung jari yang berlawanan
7.         Jari sampai ke siku, kanan dan kiri bergantian

D. SARUNG TANGAN
Tujuan menggunakan sarung tangan :
  1. Mengurangi risiko petugas terkena infeksi bakterial dari pasien
  2. Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien
  3. Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya (kontaminasi silang).
Tindakan yang memerlukan penggunaan sarung tangan :
1.      Tindakan di klinik/OK, misalnya ketika memeriksa panggul.
2.      Menangani alat-alat/bahan linen yang terkontaminasi.
3.      Membuang bahan-bahan/limbah yang terkontaminasi.
Ganti sarung tangan setiap kali memeriksa pasien yang berbeda. Sarung tangan bedah dapat dipakai ulang apabila telah didekontaminasi dalam larutan klorin 0,5%, kemudian:
-        Dicuci dan dibilas,
-        Disterilisasi atau diDisinfeksi Tingkat Tinggi.

Jenis sarung tangan:
  1. Sarung tangan tindakan Dipakai sewaktu melakukan tindakan invansif atau pembedahan, melakukan pemeriksaan atau pekerjaan  rutin.
  2. Sarung tangan rumah tangga/indusri/kerja/utility Dipakai sewaktu memroses peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.

E. PELINDUNG FISIK
Jenis alat pelindung fisik:
  1. Sarung tangan, melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan   pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk mencegah kontaminasi silang.
  2. Masker , harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang, dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker jika tidak terbuat dari bahan tahan cairan, bagaimanapun juga tidak efektif dalam mencegah dengan baik. Masker terbuat dari berbagai bahan, antara kain katun ringan, kasa, kertas sampai bahan sintesis, yang beberapa diantaranya tahan cairan.
  3. Pelindung mata, melindungi staf kalau terjadi cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih, kacamata pengaman, pelindung muka. Kacamata yang dibuat dengan resep dokter atau kacamata dengan lensa normal juga dapat dipakai.
  4. Kap, dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus cukup besar untuk menutup semua rambut. Kap memberikan sedikit perlindungan pada pasien, tujuan utamanya adalah melindungi pemakainya dari semprotan dan cipratan darah dan cairan tubuh.
  5. Apron, yang dibuat dari karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di bagian depan dari tubuh petugas kesehatan. Apron harus dipakai kalau sedang membersihkan atau melakukan tindakan dimana darah atau duh tubuh diantisipasi akan tumpah (umpamanya, sewaktu seksio atau persalinan pervaginam). Apron membuat cairan yang terkontaminasi tidak mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
  6. Alas kaki, dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau berat atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki. Untuk alasan ini sandal, atau sepatu terbuat dari bahan empuk (kain) tidak dapat diterima. Sepatu bot terbuat dari bahan karet atau kulit lebih melindungi, tapi harus selalu bersih dan bebas dari kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lainnya.

F. TEKNIK ASEPTIK
Prosedur ini mencegah infeksi dengan mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lain. Persiapan kulit dan serviks merupakan langkah penting dalam melakukan tindakan untuk metode keluarga berencana seperti suntik, pemasangan atau pencabutan AKDR dan implan.
Beberapa Istilah Yang Sering Digunakan Dalam Pencegahan Infeksi :
  1. Asepsis adalah semua usaha dalam mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh baik melalui benda hidup maupun benda mati.
  2. Antisepsis adalah semua usaha dalam membunuh maupun menghambat mikroorganisme pada benda hidup.
  3. Desinfeksi adalah semua usaha dalam membunuh maupun menghambat mikroorganisme pada benda mati (alat-alat).
  4. Dekontaminasi  adalah membunuh virus Hiv/Aids dan Hepatitis B dengan cara merendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
  5. Cuci bilas  adalah menghilangkan 80% mikroorganisme dengan cara mencuci dengan deterjen dan membilas di air yang mengalir.
  6. Disinfeksi Tingkat Tinggi adalah tindakan menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora dengan cara rebus, kukus, kimia.
  7. Sterilisasi adalah tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, virus, endospora/penyebab gangren, dikubitus, tetanus).

G. UPAYA KERJA YANG AMAN
Mencegah luka tusuk jarum:
1. Di Kamar Operasi (OK):
  • Gunakan wadah “zona aman” (seperti “kidney bensin”) untuk membawa atau memberikan alat-alat tajam,seperti skalpel,jarum,dll
  • Jangan memberikan alat-alat tajam selain menggunakan wadah “zona aman”.
  • Beri tahu provider atau petugas lain sebelum memberikan alat-alat tajam dalam wadah “zona aman”.
2. Menggunakan jarum dan alat suntik dengan benar
  • Gunakan jarum dan suntik sekali pakai.
  • Jangan melepaskan jarum dari alat suntik setelah digunakan.
  • Jangan memasang tutup jarum, membengkokkan, atau mematahkan jarum sebelum dibuang.
  • Lakukan dekontaminasi terhadap jarum dan alat suntik sebelum dibuang (untuk alat suntik disposable) atau sebelum diproses   (untuk alat suntik pakai ulang – reusable).
  • Buang jarum dan alat suntik ke dalam wadah tahan tusuk.
  • Hancurkan jarum dan alat suntik dengan dibakar (incinerated).

H. PEMBUANGAN LIMBAH/SAMPAH
Tujuan pembuangan limbah/sampah dengan cara yang aman adalah:
  1. Untuk mencegah penularan infeksi kepada petugas yang menangani limbah.
  2. Untuk mencegah penularan infeksi kepada masyarakat di sekitar, dan
  3. Untuk melindungi petugas yang menangani limbah dari luka tusuk.
Macam limbah/sampah:
1. Limbah/sampah medis/terkontaminasi:
  •   padat
  •   Cair
  •   Tajam
2. Limbah/sampah non medis/tak terkontaminasi (kertas,dsb).
Tidak menimbulkan risiko infeksi dan dapat dibuang ke tempat sampah Umum.

Cara-cara penanganan limbah/sampah yang   benar:
  1. Menggunakan sarung tangan rumah tangga (utility gloves).
  2. Memindahkan limbah terkontaminasi ke tempat pembuangan dalam wadah tertutup.
  3. Membuang alat/benda tajam ke dalam wadah tahan tusuk.
  4. Menuangkan limbah cair secara hati-hati ke dalam saluran pembuangan.
  5. Membakar atau mengubur limbah padat yang terkontaminasi.
  6. Mencuci tangan, sarung tangan, dan wadah yang telah digunakan untuk membuang limbah yang dapat menginfeksi.




I.       PEMROSESAN ALAT
Prosedur pemroesan alat :
DEKONTAMINASI
Rendam 10 menit dalam larutan klorin 0,5%
 


CUCI  dan BILAS
Pakai sarung tangan
Hati – hati tertusuk instrument yang tajam
 


Metode terbaik                                                                        Metode alternative
 STERILISASI                                                           DESINFEKTAN TINGKAT
TINGGI
Otoktaf tanpa bungkus 20 menit jika terbungkus 30 menit
 
Oven 1700 C (3400 F) selama  60 menit, 1600 C (3200F) selama 120 menit
 

Rebus selama 20 menit
 

Kimiawi, rendam selama 20 menit
 
 





DIINGINKAN
Siap pakai




1. DEKONTAMINASI:
  • Masih memakai sarung tangan,
  • Rendam alat-alat selama 10 menit dalam larutan klorin 0,5% (didapatkan dengan mencampur 1 bagian pemutih deterjen dengan 9 bagian air).
  • Permukaan (terutama meja tindakan) yang mungkin terkena duh tubuh harus didekontaminasi. Lap dengan disinfektan misalnya dengan klorin 0,5% sebelum dipakai kembali, atau jika tampak terkontaminasi, atau sekurang-kurangnya setiap hari merupakan cara dekontaminasi yang tidak mahal.
  • Petunjuk pembuatan larutan klorin:
a. Rumus untuk membuat larutan yang diencerkan dari larutan konsentrat:
Bagian air =
Contoh untuk membuat larutan 0,1% dari konsentrat 5%:
Bagian air =
Pada 1 bagian larutan konsentrat tambahkan 49 bagian air matang (jika perlu yang difiltrasi).
b. Rumus untuk membuat larutan yang mengandung klorin dari bubuk kering:
Bubuk (Gram/liter) =
2. PENCUCIAN DAN PEMBILASAN
  • Pakai sarung tangan tebal (sarung tangan rumah tangga).
  • Cuci semua instrumen dengan air, deterjen
  • Sikat semua geligi, sambungan dan permukaan alat.
  • Bilas bersih hingga deterjen hilang karena beberapa deterjen dapat menghambat kerja disinfektan kimiawi,
  • Keringkan instrumen.
3. STERILISASI
- Sterilisasi uap
  1. 121 ◦C, 106 kpa, waktu yang diperlukan: 20 menit untuk alat yang tidak dibungkus, 30 menit untuk alat yang dibungkus.
  2. Jangan memuat alat terlalu banyak.
  3. Diamkan semua alat sampai kering sebelum diangkat.
- Sterilisasi panas kering (Oven)
  1. 170 ◦ C selama 1 jam (total waktu keseluruhan proses), waktu penghitungan dimulai setelah suhu yang diinginkan tercapai.
  2. Untuk alat-alat tajam (gunting, jarum), sterilisasi dilakukan dengan suhu 160 ◦
  3. selama 2 jam (total waktu keseluruhan proses).
- Sterilisasi kimia
  1. Glutaraldehid (Cydex): direndam selama 8-10 jam.
  2. Formaldehid 8%, direndam selama 24 jam.
  3. Bilas dengan air steril sebelum digunakan kembali atau sebelum disimpan.
4. DISINFEKSI TINGKAT TINGGI
     a. DTT dengan merebus
Petunjuk merebus:
  • Seluruh alat alat harus terendam.
  • Mulai menghitung waktu saat air mula mendidih.
  • Selalu merebus selama 20 menit dalam panci tertutup.
  • Jangan menambah apa pun ke dalam air mendidih.
  • Pakai alat tersebut sesegera mungkin atau simpan dalam wadah tertutup dan kering yang telah di DTT. Simpan selama satu minggu.
    b. DTT dengan mengukus:
  • Selalu kukus selama 20 menit dalam kukusan.
  • Kecilkan api sehingga air tetap mendidih.
  • Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap.
  • Jangan pakai lebih dari 3 panci uap.
  • Keringkan dalam panci tertutup atau kontainer DTT sebelum dipakai atau disimpan.
   c. DTT dengan kimia:
Sejumlah disinfektan kimia untuk Disinfeksi Tingkat Tinggi :

  • Klorin
  • Formaldehid (Formalin)
  • Glutaraldehid Langkah-langkah untuk DTT dengan kimia:
  • Setelah didekonaminasi, cuci dan bilas alat-alat hingga bersih, kemudian keringkan.
  • Rendam semua alat dalam larutan disinfektan selama 20 menit.
  • Bilas dengan air yang telah direbus dan keringkan dengan dianginkan.
  • Dapat disimpan selama 1 minggu dalam wadah kering dan tertutup yang telah di DTT.
  • Untuk melakukan DTT pada wadah, rebus wadah tersebut (bila kecil) atau isi dengan larutan klorin 0,5% dan rendam selama 20    menit. Bilas sisi dalam wadah dengan air yang telah direbus. Keringkan dengan dianginkan sebelum digunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar