HAP
(HAEMORRAGIK
ANTEPARTUM )
1.
PLASENTA PREVIA
a)
Defenisi
Adalah
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga
menutupi seluruh atau sebahagian dari ostium uteri internum. Ostium uteri yang
secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala 1 bisa mengubah luas
pembukaan servik yang tertutup oleh plasenta.
b)
Klasifikasi
1. Plasenta
previa totalis atau komplit adalah plsenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
2. Plasenta
previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebahagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta
previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta
letak rendah adalah plesenta yang beriplantasi pada segmen bawah rahim demikian
rupa sehngga tepi bawahnya berada pda jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri
internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap normal.
c)
Insiden
Plasenta
previa lebih pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia diatas 35
tahun, kahamilan ganda.
d)
Etiologi
Penyebab
blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui dengan
pasti. Teori lain mengemukakan bahwa penyebab lain vaskularisasi desidua yang
tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari radang atau artrofi. Plasenta yang
terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa
menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar kesegmen bawah rahim sehingga menutupi
sebahagian atau seluruh ostium uteri internum.
e)
Patofisiologi
Pada
usia kehamilan trimester III mulai terbentuknya segmen bawah rahim tapak
plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta
terbentuk dari jaringan maternal yaitu sebahagian desidua basalis yang tumbuh
menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus menjadi segmen bawah rahim. Maka
plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi
akibat pelepasan pada desidua akibat pelepasan tapak plasenta. Demikian pula
pada waktu serviks mendatar (affacement) dan membuka (dilation) ada bagian
tapak plesenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang
berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta.
Darah yang keluar bewarna merah segar tampa rasa nyeri ( painless). Pada
plasenta yang menutupi seluruh ostium ueri internum sebaliknya pada plenta
previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada perdarahan
berikutnya.
f)
Gambaran klinik
Ciri
yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui
vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester
kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti
sendiri. Perdarahan terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa
waktu kemudian, jadi berulang. Pada plenta letak rendah perdarahan baru terjadi
pada waktu mulai persalinan, perdarahan bisa sedikit sampai banyakmirip pada
solusio plsenta .perdarahan di perhebat berhubung segmen bawah rahim tidak
mampu berkontraksi sekuat segment atas rahim.
g)
Diagnosis
Perempuan
yang mengalami perdarahan dalam kehamilan lanjut biasanya menderita plasenta
previa atau solusio plasenta. Jika terjadi perdarahan banyak pada plasenta
previa totalis langsung dilanjutkan dengan seksio cesaria.
h)
Komplikasi
1. Perdarahan
yang di sebabkan pembentukan segmen rahim secara ritmik sehingga plesenta lepas
dari tempat melekatnya, keadaan ini dapat berulang dan semakin banyak, sehingga
penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Plasenta
yang berimplantasi pada segmen bawah rahimdan sifatnya tipis sehingga mudah
menerobos kedalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebabdari
kejadianplasenta inkreta dan plesenta perkreta.
3. Servik
dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial
untuk robek di sertai pendarahan yang banyak.
4. Kelainan
letak anak pada plesenta previa.
5. Kelahiran
prematur dan gawat janin
6. Solusio
plasenta
i)
Penanganan
Setiap perempuan hamil
yang mengalami perdarahan dalam trimester ke 2 atau trimester ke 3harus di
rawat di rumah sakit. Pasien di minta istirahat baring dan di lakukan
pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh. Jika Rh
negatif RhGam perlu di berikan pada pasien yang belum pernah mengalami
sensitisasi.
Pada kehamilan 24 – 34
minggu di berikan steroid dalam perawtan antenatal untuk pematangan paru janin.pada
pasien yang pernah seksio sesaria perlu di teliti dengan USG untuk melihat
kemungkinan adanya plesenta akreta, inkreta atau perkreta.penanganan pada
plesenta previa dapat di laksanakan melalui insisi melintang pada segmen bawah
rahim bagian anterior terutama bila plasentanya di belakang dan segmen bawah
rahim telah terbaentuk dengan baik.
j)
Prognosis
Prognosis
ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika di bandingkan dengan masa lalu. Hal ini
berkat diagnosis yang lebih dini dan
tidak invasif dengan USG di samping ketersediaan tranfusi darah dan infus cairan telah ada
di rumah sakit.rawat inap yang
lebih radikal ikut berperan terutama
bagi kasus yang di perlukan. Penurunan
jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi
dan usia tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program kb yang menambah penurunan
insiden plasenta previa. Dengan demikian banyak komplikasi maternal
dapat di hindarkan.
2.
SOLUSIO LASENTA
a.
Defenisi
Solusio plasenta adalah
terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plaseta dari tempat
implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya
yakni sebelum anak lahir.
b.
Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas
hanya pada pinggirnya saja(ruptra sinus marginalis),dapat pula terlepas lebih
luas (solusio plasenta parsialis),atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta
terlepas(solusio plasenta totalis).perdarahan yang terjadi dalam banyak
kejadian akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya
menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis
servikalis dan keluar melalui vagina.akan tetapi,ada kalanya walaupun
jarang,perdarahan tersebut tidak keluar melalui vagina,jika:
a.
Bagian plasenta sekitar perdarahan masih
melekat pada dinding rahim
b.
Perdarahan masuk ke dalam kantong
ketuban setelah selaput ketuban pecah karenanya.
c.
Bagian terbawah janin,umumnya
kepala,menempel ketat pada segmen bawahrahim.
Dalam klinis solusio plasenta dibagi kedalam berat
ringannya gambaran klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang
terlepas yaitu solusio plsenta ringan,solusio plasenta sedang,solusio plasenta
berat.yag ringan biasanya baru diketahui setelah plasenta lahir dengan adnya
hematoma yang tidak luas pada permukaan maternal atau ada ruptura sinus
marginalis.
a. Solusio
plsenta ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai
25% atau ada yang menyebutkan kutang dari 1/6.jumlah darah yang keluar biasanya
kurang dari dari 250 ml.tumpahan darah yang keluar terlihat seperti pada haid
bervariasi dari sedikit sampai seperti mensrtruasi yang banyak.gejala –gejala
perdarahan sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah yang
kehitaman.komplikasi janin dan ibu belum ada.
b. Solusio
plasenta sedang
Luas plasenta yang terlepas melebihi 25%
etapi belum mencapai separuhnya (50).jumlah darah yang keluar lebih banyak dari
25% tetapi belum mencapai 1000 ml.umumnya pertumpahan darah terjadi keluar dan
ke dalam bersama-sama.Gejala –gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa
nyeri pada perut yang terus-menerus,denyut jantung janin menjadi
cepat,hipotensi an takikardia.
c. Solusio
plasenta berat
Luas plasenta yang terlepas sudah
melebihi 50% ,dan jumlah darah yang keluar telah mencapai 1000 ml atau
lebh.pertumpahan darah bisa terjadi keluar dan ke dalam
bersama-sama.Gejala-gejala dan tanda klinik jelas,keadaan umum penderita buruk
di sertai syok,dan hampir semua janinnya telah meninggal.
C.
Etiologi
Sebab
yang primer dari plasenta ini tidak diketahui etapi terdapat beberapa keadaan
patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau menyertai solusio
plasenta dan di anggap sebagai faktor resiko.
Dalam
kepustakaan terdapat 5 kategori populasi perempuan yang berisiko solusio
plasenta yaitu:
1.
Dalam kategori sosio ekonomi termasuk
keadaan yang tidak kondusif seperti: usia muda,primiparitas,single parent
,pendidikan yang rendah dan solusio plasenta rekurerens.
2.
Dalam kategori fisik termasuk: trauma
tumpul pada perut,umumnya karena kekerasan dalam rumah tangga atau kecelakaan
dalam berkendaraan.
3.
Dalam kategori kelainan pada rahim
seperti mioma terutama mioma submukosum di belakang plasenta atau di belakang uterus berseptum.
4.
Kategori penyakit ibu sendiri memegang
peran penting seperti penyakit tekanan darah tinggi dan kelainan sistem
pembekuan darah seperti trombofilia
5.
Kategori sebab iatrogenik seperti
merokok dan kokain.
D.
Patofisiologi
Solusio plasenta
merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu keadaan yang
mampu memisahkan pili-pili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada
desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu fatofisiologisnya
bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya
pembuluh darah di desidua.
Dalam banyak kejadian
perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang disebabkan oleh iskemia
dan hipoksia. Terdapat beberapa keadaan yang secara teoritis dapat berakibat
kematian sel karena iskemia dan hipoksia pada desidua :
1. Pada
pasien dengan korioamnionitis, misalnya pada ketuban pecah prematur, terjadi
pelepasan lipopolisakarida dan endotoksin lain yang berasal dari egensia yang
infeksius dan menginduksi pembentukan dan pembentukan sitokinesis, eisikanoid,
dan bahan-bahan oksidan lain seperti superoksida.
2. Kelainan
genetik berupa defisiensi protein C dan protein S keduanya meningkatkan
pembentuka trombosis dan dinyatakan
terlibat dalam etiologi preeklamsi dan solusio plasenta.
3. Pada
pasien dengan penyakit trombofilia dimana ada kecenderungan pembentukan
trombosis dalam desidua basalis yang mengakibatkan iskemia dan hipoksia.
4. Keadaan
hyperhomocysteinemia dapat menyebabkan kerusakan pada endotelium vaskular yang
berakhir dengan pembentukan trombosis pada vena
E.
Gambaran klinis
Penderita solusio
plasenta bervariasi sesuai dengan berat ringannya atau luas permukaan maternal
plasenta yang terlepas. Belum ada uji coba yang khas untuk menentukan
diagnosisnya. Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio lasenta adalah
terjadinya perdarahan yang berwarna tua yang keluar melalui vagina ( 80% kasus
), rasa nyeri perut dan uterus tegang terus-menerus mirip his partus
prematurus.
Ø Solusio
plasenta ringan
Kurang lebih 30% penderita solusio
plasenta ringan tidak atau sedikit sekali melahirkan gejala. Pada keadaan yang
sanagt ringan tidak ada gejala kecuali hematom yang berukuran beberpa
centimeter terdapat pada permukaan maternal plasenta. Ini dapat diketahui
secara retrospektif pada inspeksi plasenta setelah partus. Nyeri yang belum
terasa menyulitkan membedakannnya dengan plasenta previa kecuali darah yang
keluar berwarna merah segar pada plasenta previa.
Ø Solusio
plasenta sedang
Gejala-gejala
dan tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus, denyut
jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat janin, perdarahan yang tampak
keluar lebih banyak, takikardia, hipotensi, kulit dingin dan keringatan,
oliguria mulai ada, kadar fibrinogen berkurang antara 150 sampai 250 mg/100ml,
dan mungkin kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai
ada.
Ø Solusio
plasenta berat
Perut
sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan disertai perdarahan yang
berwarna hitam. Oleh karena itu palpasi bagian-bagian janin tidak mungkin lagi
dilakukan. Findus lebih tinggi dari pada yng seharusnya oleh karena telah
terjadi penumpukan darah didalam rahim pada kategori concealed haemorrhage.
Pada auskultasi denyut jantung janin tidak terdengar lagi akibat gangguan
anatomik dan fungsi dari plasenta.
Diagnosis
Berdasarkan
gejala dan tanda klinik yaitu perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus,
kotraksi tetanik pada uterus, dan pada solusio plasenta yang berat terdapat
kelainan denyut jantung janin pada pemeriksaan dengan KTG. Namun adakalanya
pasien datang dengan gejala mirip persalinan prematur , ataupun datang dengan perdarahan tidak banyak dengan
perut tegang, tetapi janin telah meninggal. Diagnosis definitif hanya bisa
ditegakkan secara resrospektif yaitu setelah partus dengan melihat adanya hematoma
retroplasenta.
Pemeriksaa dengan ultrasonografi berguna untuk
membedakannya dengan plasenta previa, tetapi pada solusio plasenta pemeriksaan
dengan USG tidak memberikan kepastian berhubung kompleksitas gambaran
retroplasenta yang normal mirip dengan gambaran perdarahan retroplasenta pada
solusio plasenta. Kompleksitas gambar normal retroplasenta, kompleksitas
vaskular rahimsendiri, desidua dan mioma semuanya bisa mirip dengan solusio
plasenta dan memberikan hasil pemeriksaan positif palsu. Di samping itu solusio
plasenta sulit dibadakan dengan plasenta itu sendiri. Pemeriksaan ulang pada
perdarahan baru sering bisa menbantu karena gambaran ultrasonografi dari
darh yang telah membeku akan berubah menurut waktu menjadi lebih ekogenik pada
48 jam kemudian menjadi hipogenik dalam waktu 1-2 minggu
Komplikasi
Komplikasi
solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus berlangsung
sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia, syok hipovolemik, insufisiensi fungsi
plasenta, ganguan pembekuan darah, gagal ginjal mendadak, dan uterus Couvelaire
disamping komplikasi sindroma insufiensi fungsi plasenta pada janin berupa
angka kematian perinatal yang tinggi. Sindrima
Sheehan terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari kematian
setelah penderita syok yang berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan
nekrosis adenohipofisis sebagai akibat solusio plasenta
Kematian
janin, kelahiran prematur dan kematian perinatalmerupakan koplikasi yang paling
sering terjadi pada solusio plasenta. Solusio
plasenta berulang dilaporkan juga bisa terjadi pada 25 % perempuan yang
pernah menderita solusio plasenta sebelumnya.
Fungsi
plasenta akan terganggu apabila peredaran darah
keplasenta mengalami penurunan yang berarti. Sirkulasi darah keplasenta
menurun manakala ibu mengalami perdarahan banyak dan akut seperti pada syok.
Syok
pada solusio plasenta diperkirakan terjadi akibat pelepasan tromboplastin dari
desidua dan plasenta masuk kedalam sirkulasi maternal dan mendorong pembentukan
koagualsi intravaskular beserta gambaran klinik lain sindroma emboli cairan
ketuban termasuk hipotensi.
Penanganan
Semua
pasien yang tersangka menderita solusio plasenta harus dirawat dirumah sakit
yang berfasilitas cukup. Ketika masuk lansung lakukan pemeriksaan darah lengkap
lansung Hb dan golongan darah serta gambaran pembekuan darah dengan memeriksa
waktu pembekuan darah, waktu protrombin, kadar fibrinogen dan kadar hancuran
fibrinogen dalam plasma .pemeriksaan dengan ultrasonografi berguna terutama
untuk membedakanya dengan plasenta previa dan memastikan jani masih hidup.
Prognosis
Solusio
plasenta mempunyai prognosis yang buruk bagi ibu hamildan lebih buruk lagi bagi
janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta ringan masih
mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada kematian dan
morbiditasnya rendah . solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk
baik terhadap ibu lebih-lebih terhadap janinnya .
RUPTURA UTERI
Ruptura
uteri diperkirakan penyebabnya adalah obstetrik yang masih memerlukan
peninggkatan mencapai standar dan kesadaran masyarakat yang masih kurang
menyadari makna dari kesehatan reproduksi. Keterlambatan rujukan dan
liberlisasi pemakaian pemicu persalinan (oksitoksin, prostaglandin, dan yang
sejenisnya) terutama diluar rumah sakit oleh mereka yang kurang memiliki kompetensi menambah kejadian robekan
pada rahim terutama dalam persalinan.Kepada perempuan hamil resiko tinggi
terhadap kemungkinan ruptur uteri dalam masa hamil atau pada waktu melahirkan
adalah perempuan yang pernah melahirkan sebelumnya melalui bedah sesar, pernah
mengalami miomektomi, grandemultipara, kelainan letak, disproporsi
kepal-panggul, distosia, induksi atau stimulasi partus, ekstraksi bokong,
ekstraksi cuman dan sebagainya.
DIFINISI
Ruptura
uteri komplit ialah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan
langsung antararongga amnion dan ringga peritoneum. Peritoneum viserale dan
kantong ketuban keduanya ikut ruptura dengan demikian janin sebagian atau
seluruh tubuhnya telah keluar oleh kontraksi terakhir rahim dan berada dalam
kavum peritonei atau rongga abdomen. Pada ruptura uteri inkompleta hubungan
kedua rongga tersebut masih dibatasi oleh peritoneum viserale. Pada keadaan
demikian janin belum masuk kedalam rongga peritoneum. Pada dehisens dari paruh
bekas bedah sesar kantong ketuban juga belum robek, tetapi jika kantung ketuban
ikut robek maka disebut telah terjadi ruptura uteri pada parut. Dehisens bisda
berubah menjadu ruptura pada waktu partus atau akibat manipulasi lain pada
rahim yang berparut, sedangkan ruptura uteri terjadi secara dramatis. Ketentuan
ini guna untuk membedakan ruptura uteri inkompleta denga dehisens yang
sama-sama bisa terjadi pada bekas bedah sesar. Pada dehisens pendarahan minimal
atau tidak berdarah, tetapi pada ruptura utreri perdarahannya banyak yang
berasal dari pinggir parut atau robekan baru yang meluas.
KLASIFIKASI
Klasifikasi
ruptura uteri menurut sebabnya adalah :
1. Kerusakan
atau anomali uterus yang telah ada sebelum hamil:
a. Pembedahan
pada miometrium :
·
Seksio sesarea atau histeroktomi
·
Histerirafia
·
Miomektomiyang sampai menembus seluruk
ketebalan otot uterus
·
Reseksi pada kornua uterus atau bagian
interstisial
·
Metroplasti
b. Trauma
uterus konsidental
·
Instumentasi sendok kuret atau sonde
pada penanganan abortus
·
Trauma tumpul atau tajam sepereti pisau
atau peluru
·
Ruptur tanpa gejala pada kehamilan
sebelumnya (silent rupture in previous
pregnancy)
c. Kelainan
bawaan
·
Kehamilan dalam bagian rahim (born) yang tidak berkembang.
2. Kerusakan
atau anomali uterus yang terjadi dalam kehamilan
a. Sebelum
kelahiran anak
·
His spontan yang kuat dan terus-menerus
·
Pemakaian oksitoksin atau protaglandin
untuk merangsang persalinan
·
Instilasi cairan kedalam kantong gestasi
atau ruang amnion seperti larutan garam fisiologik atau prostaglandin
·
Perfomasi dengan kateter pengukuran
tekanan intrauterin, trauma luar tumpul atau tajam
·
Versi luar
·
Pembesaran rahim yang berlebihan
misalnya hidramniondan kehamilan ganda
b. Dalam
priode intrapartum
·
Versi-ekstraksi
·
Ekstraksi cunam yang sukar
·
Eksraksi bokong
·
Anomali jalan yang menyebabkan distensi
berlebihan pada segmen bawah rahim
·
Tekanan kuat pada uterus dalam
persalinan
·
Kesulitan dalam melakukan manual
plasenta
c. Cacat
rahim yang didapat
·
Plasenta inkretaatau prekreta
·
Neoplasia trifoblasgestasional
·
Adenomiosis
·
Retroversio uterus grafidus inkarserata
INSIDEN
Ruptura uteri di daerah
berkembanga masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan di negara maju.
Angka kejadian ruptura uteri dinegara maju dilaporkan juga semakin menurun.
Sebagai contoh dari salah satu peneliti di negara maju dilaporkan kejadian
ruptura uteri dari 1 dalam 1.280 persalinan (1931-1950) menjadi 1 dalam 2.250
persalinan (1973-1983). Dalam tahun 1996 kejadian menjadi 1 dalam 15.000
persalinan. Dalam masa yang hampir bersamaan angka tersebut untuk berbagai tempat
di indonesia dilaporkan berkisar 1 dalam 294 persalinan sampai 1 dalam 93
persalianan
ETIOLOGI
Ruptura uteri bisa
disebabkan oleh anomali atau kerusakan yang telah ada sebelumnya, karena
trauma, atau sebagai komplikasi persalinan pada rahim yang masi utuh. Paling
sering terjadi pada rahim yang telah di seksio sesarea pada persalinan
sebelumnya. Lebih lagi jika pada uterus yang demikian dilakukan partus
percobaan atau persalinan dirangsang dengan oksitoksin atau sejenis.
Pasien yang beresiko
tinggi antara lain persalinan yang mengalami distosia, grandemultipara,
penggunaan oksitoksin atau prostaglandin untuk mempercepat persalinan, pasien
hamil yang pernah melahirkan sebelumnya melalui bedah sesar atau operasi lain
pada rahimnya, pernah histerorafia, pelaksanaan trial of labor terutama pada pasien bekas seksio sesarea dan
sebagainya, oleh sebab itu, untuk pasien denga panggul sempit atau bekas seksio
sesareaklasik berlaku adagium Once
Caesarean Section Always Section ( ulangan) untuk mencegah rupture uteri dengan
syarat janin sudah matang.
Eksplorasi pascakelahiran pada
persalinan yang sukar dengan pendarahan yang banyak atau pascapartus dengan
kemungkinan dehsiens perlu dilakukan untuk memastikan tidak adanya rupture
uteri
PATOFISIOLOGI
Pada waktu his korpus
uteri berkontraksi dan mengalami retraksi. Dengan demikian, dinding korpus
uteri atau segmen atas rahim menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri
menjadi lebih kecil. Akibatnya, tubuh janin yang menempati korpus uteri
terdorong kebawah kedalam segmen bawah rahim. Segmen bawah rahim menjadi lebih
lebar dan karenanya dindinya menjadi lebih tipis karena tertarik keatas oleh
kontraksi segmen atas rahim yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran
retraksi yang memebatasi kedua segmen semakin bertambah tinggi. Apabila bagian
terbawah janin dapat terdorong turun tanpa halangan dan jika kapasitas segmen
bawah rahim telah penuh terpakai untuk ditempati oleh tubuh janin, maka pada
gilirannya bagian terbawah janin terdorong masuk kedalam jalan lahir melalui
pintu atas panggul ke dalam vaginan melalui pembukaan jika sevik bisa mengalah.
Sebaliknya, apabila bagian terbawah janin tidak dapat turun oleh karena suatu
sebab ttambah mengecil pada waktu ada his harus diimbangi oleh perluasan
segmenbawah rahim ke atas. Dengan demikian, lingkaran retraksi fisiologik (physiologic retraction ring) semakin
meninggi kearah pusat melewati batas fisiologik menjadi patologik (pathologic retraction ring). Lingkaran
patologik ini disebut lingkaran bandl
(ring van Bandl). Ini terjadi karena
segmen bawah rahim terus-menerus tertarik ke proksimal, tetapi tertahan di
bagian distalnya oleh servik yang terpegangpada tempatnya oleh ligamentum
sakrouterina di bagian belakang, ligamentum kardinal pada kedua belah sisi
kanan dan kiri, dan ligamentum vesikouterina pada dasar kandung kemih. Jika his
berlangsung kuat terus-menerus, tetapi bagian terbawah janin tidak kunjung
turun lebih kebawah melalui jalan lahir, lingkaran retraksi makin lama semakin menunggi (ring van Bandl berpindah mendekati
pusat) dan segmen bawah rahim semakin tertarik ke atas sembari dindingnya
menjadi sangat tipis hanya beberapa milimeter saja lagi. Ini menandakan telah
terjadi tanda-tanda rupture uteri iminens dan rahim ter ancam robek. Pada saat
dinding segmen bawah rahim itu akan robek spontan pada tempat yang tertipis
ketika his berikut datang, dan terjadilah pendarahan yang banyak bergantung
kepada luas robekan yang tejadi dan pembuluh dara yang terputus. Umumnya
robekan bterjadi pada dinding depan segmen bawah rahimn, luka robrkan bisa
meluas secara melintang atau miring. Bila mengenai daerah yang ditutupi
ligamentumlatum terjadi luka robekan yang meluas kesamping. Robekan juga bisa
meluas ke korpus atau ke servik atau terus ke vagina (kolpaporeksis) dan bahkan
kadang kala bisa mencederai kandung kemih. Pertumpahan darah sebagian besar
mengalir ke dalam rongga peritoneum, sebagian yang lain mengalir melalui
pembukaan servik ke vagina. Peristiwa robekan pada segmen bawah rahim yang
sudah menipis itu (dalam status rupture uteriiminens) dipercepat jika ada
manipulasi dari luar, misalnya dorongan pada perut sekaligus tidak terlalu kuat
sudah cukup untuk menyebabkan robekan. Demikian juga apabilah fundus uteri di
dorong-dorong seperti yang banyak dilakukan pada upaya mempercepat persalinan
atau dorongan dari bawah seperti pada pemasangan curam yang suli. Oleh karena
itu, jika terlihat lingkaran Bandl penolong haruslah berhati-hati. Ketika
terjadi robekan pasien merasa sangat nyeri seperti teriris sembilu di perutnya,
dan his terakhir yang masih kuat itu sekaligus mendorong sebagian atau seluruh tubuh janin ke luar
rongga rahim ke dalam rongga peritoreum. Melalui robekan tersebut usus dan
omentum mendapat jalan masuk sehingga bisa men capai vagina dan bisa di raba
pada pemeriksaan dalam.
Ruptute uteri yang
tidak merobek perimetrium sering terjadi pada bagian rahim yang longgar
hubungannya dengan peritorium yaitu pada bagian samping dekat dengan kandung
kemih. Di sini dinding servik yang meregang karena ikut tertarik bisa ikut
robek. Robekan pada bagian samping bisa sampai melukai pembuluh-pembuluh darah
besar yang terdapat pada ligamentum latum. Jika robekan terjadi pada bagian
dasar ligamentum latum, arteria uterina atau cabang-cabangnya bisa terluka
disertai pendarahan yang banyak, dan didalam parametrium dipihak yang robek
akan terbentuk hematoma yang besar dan menimbulkan syok yang sering berakibat
fatal.
Dari sudut
patofisiologiu ruptute uteri dapat ditinjau apakah terjadi dalam masa hamil
atau dalam persalinan, apakah terjadi pada rahim yangb utuh atau pada mrahim
yang bercacar. Tinjauan ini tidak penti dari sudut klinik tetapi mempengaruhi
pilihan operasi, apakah akan dilakukan histerektomi atau histerotafia. Di bawah
diutaraka tinjauan menurut beberapa aspek.
Aspek Anatomik
Berdasarkan lapisan
dinding crahim yang terkena rupture utri di bagi ke dalam ruptura uteri komplit dan
ruptura inkomplit. Pada ruptura uteri komplit ketiga lapisan dinding rahim
ikut robek, sedangkan pada yang inkomplet lapisan serosanya atau perimetrium
masih utuh.
Aspek Sebab
Berdasarkan pada sebab
mengapa terjadi robekan pada rahim, ruptura utri dibagi ke dalam ruptura uteri
spontan, ruptura uteri violenta, dan ruptura uteri traumatika. Ruptura utari
spontan terjadi pada rahim yang utuh oleh karena kekuatan his semata, sedangkan
ruptura uteri violenta disebabkan oleh manipulasi tenaga tambahan lain seperti
induksi atau stimulasi partus denga oksitoksis atau yang sejenis “atau” doronag
yang kuat pada fundus dalam persalinan. Ruptura uteri traumatika disebabkan
oleh trauma pada abdomen seperti kekerasan dalam rumah tangga dam kecelakaan
lalu lintas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar